Skip to main content

Desa Widodomartani Mendeklarasikan Desa Tanpa Rokok Pertama di Sleman

Sleman (ANTARA) - Pemerintah Desa Widodonartani di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendeklarasikan sebagai Desa Kawasan tanpa Rokok (KTR) yang pertama kali di Sleman, Senin.

Deklarasi ditandai dengan pemukulan gong dan penandatanganan prasasti oleh Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun di Balai Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak.

Pada kesempatan tersebut juga sekaligus dikukuhkannya Satgas KTR yang terdiri dari 40 orang dari 19 padukuhan yang ada di Desa Widodomartani.

Pendeklasarian tersebut berdasarkan Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor 19.4/Kep.KDH/A/2019 tentang Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, sebagai Desa Kawasan tanpa Rokok yang ditetapkan pada 1 April 2019.

Adapun komitemen yang di sepakati, yakni tidak merokok di setiap pertemuan, tidak merokok di dalam rumah, tidak merokok di dekat ibu hamil dan anak, tidak merokok di tempat ibadah, memasang stiker di setiap rumah, dan merokok di tempat khusus merokok.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan bahwa pencanangan tersebut merupakan respons positif dan langkah nyata dalam komitmen meningkatkan kesehatan di Kabupaten Sleman, khususnya di Desa Widodomartani.

"Kami memberikan penghargaan yang tinggi bagi semua pihak yang telah mendukung proses terselenggaranya deklarasi tersebut," katanya.

Ia menyadari bahwa komitmen tersebut tentu tidak mudah untuk dicapai, maka dari itu dirinya mengajak desa-desa lain untuk mencontoh dan membudayakan KTR.

"Untuk mewujudkan komitmen ini saya yakin terntu tidak mudah, awalnya dimulai dengan terpaksa hingga terbiasa dan kemudian berbudaya," katanya.

Wabup berharap deklarasi tersebut tidak hanya menjadi kegiatan seremonial semata. Namun untuk terus digalakkan dan menyadarkan masyarakat tentang bahaya asap rokok.

"Tentu tujuan akhirnya adalah peningkatan kualitas hidup masyarakat dan peningkatan kualitas udara di ruangan. Demi tercapainya tujuan tersebut tentu perlu komitmen dan konsistensi seluruh pihak," katanya.

Camat Ngemplak Sri Wahyu Purwaningsih mengakui sulitnya untuk mangajak warga untuk berkomitmen KTR. Namun setelah melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman, akhirnya masyarakat bersepakat.

"Awalnya mendapat pertentangan dari masyarakat, namun akhirnya, setelah sosialisasi dan pemahaman dari dukuh, dinkes dan puskesmas seluruh masyarakat Desa Widodomartani berhasil berkomitmen mendeklarasikan gerakan tersebut," katanya.

Sedangkan Kepala Desa Widodomartani Heruyono mengatakan komitmen tersebut tercapai berkat kemauan kuat warganya dan padukuhan setelah mendapatkan sosialisasi bahaya merokok, terlebih untuk generasi penerus.

"Desa Widodomartani menjadi satu-satunya Desa di Kabupaten Sleman sebagai Desa Kawasan Tanpa Rokok," katanya.

Sumber : AntaraNews Yogyakarta

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj