Skip to main content

Meneropong Kisah Sukses Pemudik Asal Gunungkidul

Berbekal ijazah SMU,Takhlukkan Kota Jakarta

Sangat tidak pantas untuk ditiru, apa lagi bila tidak memiliki keahlian yang cukup memadai sebagai modal mencari kerja di Jakarta. Namun pria ini memberi bukti bagaimana mampu sukses di Ibukota Negara . Bagaimana caranya?

GUNUNGKIDUL-Meski baru merantau ke Jakarta sejak akhir tahun 2004 lalu, bisa dikatakan pria ini cukup berhasil. Pulas Priotyas Wiyatno nekat membawa istri dan ketiga anaknya ke Ibukota untuk mengadu nasib. Seperti yang dikatakan kepada RADAR JOGJA, awalnya sungguh sangat sulit dan memerlukan perjuangan yang sangat keras untuk bisa bertahan dan tetap survive sehingga menjadi seperti sekarang ini. " Memang belum bisa dibilang sukses mas. Kami sangat biasa banget. Tapi saya bersyukur dapat melewati saat - saat sulit " kata bapak empat anak ini.

Selanjutnya Pulas mengisahkan bagaimana ia dengan keluarganya sampai memberanikan diri pergi ke Jakarta yang menurutnya sangat tidak pantas untuk ditiru apalagi bila tidak memiliki keahlian yang cukup memadai sebagai modal untuk mencari pekerjaan di Ibukota Negara. Sekitar awal September 2004, pulas yang sempat bekerja secara freelance di Wonosari dan Jogja memutuskan untuk kembali ke Jakarta yang sudah ditinggalkan sejak tahun 1998 karena tempatnya bekerja dibakar pada kerusuhan mei 12 tahun lalu. Selama enam tahun di kampung halaman tepatnya desa Plumbungan, Putat, Patuk Gunungkidul, Pulas Priotyas Wiyatno yang memiliki nama kecil Suladi 02 Februari 1972 ini tercatat bekerja secara lepas di Majalah Gema Gunungkidul, Suara Muhamadiyah, Kuntum dan sempat membuka jasa ketik & rental komputer.

Sang istri sebenarnya juga cukup membantu roda perekonomian keluarga karena mengajar di SMA Muhammadiyah Wonosari,tetapi agaknya menurut pulas, kondisi tersebut bisa dibilang belum mencapai hasil yang memuaskan " Malah saya sempat terlilit beberapa masalah keuangan ditempat kerja. Ya maklum mas saat itu anak saya sudah tiga, kerjanya juga tak mendapat gaji kecuali honor yang tak seberapa " ujar pulas mengisahkan. Lebih lanjut ia menambahkan setelah berunding dengan keluarga, akhirnya ia memutuskan untuk berani kembali lagi ke Jakarta . " Saya pikir, saya saat itu Merasa cukup memiliki amunisi dan keahlian baru, ia bersama istri dan ketiga anaknya boyongan ke Jakarta meninggalkan sebuah rumah dikampung yang sebenarnya cukup besar dan lumayan. Di Jakarta, pulas mengawali dengan usaha kecil kecilan seperti dagang Koran dengan membuka kios didaerah pondok kelapa Jakarta timur.lebih siap mas. Saya sudah cukup menguasai beberapa program komputer seperti freehand, corel, photoshop dan program lain seperti edit film yang saya pelajari secara otodidak selama di jogja " tambah pulas.

Usaha ini memperkejakan enam orang anak dari penduduk sekitar. " Pokoknya ekomomi untuk keluarga harus aman dulu mas seperti untuk makan dan bayar kontrakan " katanya. Masih menurut Pulas, seorang teman membawanya bekerja awalnya secara partime disebuah penerbitan Media pendidikan di daerah Jagakarsa. Ditempat kerja baru ini pulas mulai memiliki banyak kenalan terutama pejabat didinas Pendidikan Jakarta serta kepala sekolah - kepala sekolah. Kini sang istri juga sudah bekerja menjadi guru tetap di SIT Al Halimiyah yang memiliki murid hampir 1500 -an.

Tak hanya berhenti disitu, pulas menuturkan kini ia bersama koleganya mendirikan CV. IMPROV EDUKASI INDONESIA yang berkantor di jl. H Naman No 22 Pondok Kelapa Jakarta Timur. Usaha ini bergerak antara lain dibidang percetakan seperti pembuatan buku tahunan sekolah, spanduk digital, video shoting, aneka pelatihan kehumasan untuk sekolah sekolah, pembuatan barang souvenir mug, pensil, kaos dll. Malah sejak tiga bulan ini juga berhasil menerbitkan sebuah majalah khusus untuk sekolah dasar dan membuka bimbel untuk SD, SMP & SMA. Saat ini Pulas Priotyas Wiyatno sudah mulai menikmati hasil jerih payahnya " Sekali lagi mas, saya masih jauuh jika dibilang berhasil. Kami ini masih perlu kerja keras lagi untuk membesarkan usaha serta menjadi keluarga yang sakinah " ujarnya. Pulas juga menambahkan, intinya jangan takut untuk memulai usaha, orang harus memiliki keberanian yang kuat serta harus berani berkhayal, berani bercita cita dan yang tak kalah penting adalah terus berdo'a dan meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Saat ini ia dan keluarganya masih terlalu jauh mengenai keberhasilannya bila dibandingkan perantau lain asal Gunungkidul yang lebih dulu sukses di Ibukota atau kota kota besar lainnya. " Tak ada seujung kuku, mas. Tetapi kami harus lebih bersyukur karena kalau kita pandai bersyukur Allah Ta'ala akan menambah lebih banyak lagi, mas. Tapi saya nggak menggurui lo. Hanya saya kok yakin betul, mas " kata pria penggemar sop kambing ini. Tahun ini adalah mudik tahun ke 6 mudik ke kampung karena pulas dan keluarganya tidak melewatkan waktu untuk kembali kekampung setiap hari raya lebaran tiba. Baginya pulang kampung adalah saat yang membahagiakan karena bisa bertemu dengan orangtua, sanak familiy dan tentu saja untuk berbagi kepada sesama terutama saudara saudara dekat, Lebaran tahun ini terasa lain karena ia membawa teman beserta keluarganya yang asli Jakarta " Dia kan nggak punya kampung halaman jadi nggak bisa mudik, makanya saya ajak. Eh, dia sangat kagum dengan kondisi Gunungkidul saat ini. Jauh dari gambaran yang ada dikepalanya.

Menurutnya Gunungkidul saat ini sudah bisa disejajarkan dengan kabupaten - kabupaten lain diindonesia " ujar Pulas yang menurutnya pada lebaran tahun tahun mendatang banyak teman kantornya yang sama sekali tak memiliki saudara di Gunungkidul berniat untuk ikut dan merasakan bagaimana rasanya mudik. Radar juga sempat bertemu dengan teman pulas yang dimaksud. Katanya ia memang sama sekali belum pernah merasakan mudik " Macetnya ampun ampun, mas. Tapi seru juga. Anak anak juga bisa fun sepanjang jalan. Sempat tidur di jalan sekitar purwokerto. Ini pengalaman yang tak bisa terlupakan. Kami juga sempat ke pantai Baron, kukup dan apa satu lagi mas krukal ? menurut saya pengelolaan areal wisata di gunungkidul sudah sangat bagus. Saya kira malah professional mulai dari penataan pedagang, parkir dan tempat penginapan. Tapi kalau bisa pedagangnya tidak terlalu dekat dengan lokasi bibir pantai.

Mungkin insyaallah tahun depan kami kesini lagi " ujar pria keturunan cina yang membuka usaha warnet dan hobi travelling. Sementara itu, pulas kini ia bersama istri, Ita Ruhati Lis, S.Pd dan keempat anaknya Gayuh Ratnacita Hutami, Prigel Nadifatah Muhammad, Kaya Maulidana Zahranisa dan si kecil Rayinda Mula Ramadhanti memohon doa dan restu dari semua pembaca RADJA untuk keberhasilan dimasa masa mendatang, masih menurut Pulas, dirinya berjanji suatu saat akan kembali menetap di Gunungkidul dan turut bersama sama membangun kampung halaman tercinta. " Tolong sampaikan juga mas, niat tulus kami sekeluarga untuk mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Mohon maaf lahir & batin ". (Cr2)

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj