Skip to main content

Polres Kulon Progo Amankan Pengedar Uang Palsu

Kulon Progo (ANTARA) - Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Kepolisian Resor Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengamankan pasangan suami istri, Kusnin dan Sri Miharti karena diduga mengedarkan uang palsu di Pasar Jagalan, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, pada Selasa (26/2).

Kapolres Kulon Progo AKBP Anggara Nasution di Kulon Progo, Rabu, mengatakan bahwa Kusnin dan istrinya merupakan bagian dari kelompok pengedar uang palsu lintas kabupaten mengingat peredarannya telah masuk Kulon Progo.

"Kusnin dan istrinya  merupakan residivis pada kasus yang sama di Kabupaten Kudus (Jateng) dan sudah pernah divonis 2,5 tahun penjara," kata Anggara.

Ia mengatakan kasus ini bermula ketika Kusnin membelanjakan uang palsu di Pasar Jagalan. Tersangka membeli pisang Rp10 ribu dengan uang palsu Rp100 ribu. Pedagang yang merasa curiga langsung memberi tahu pedagang lain sehingga mereka melakukan pengeroyokan terhadap pelaku.

Dari tangan pelaku, petugas mengamankan barang bukti yang disita dari tangan pelaku yakni 267 lembar uang palsu pecahan Rp100.000, dua lembar uang palsu pecahan Rp100 ribu yang sudah dibelanjakan, ratusan lembar uang asli pecahan Rp50.000 hasil transaksi, empat keranjang ikan pindang, satu sisir pisang, dan satu unit mobil yang masih diselidiki kepemilikannya.

"Saat ini, kami masih mendalami siapa distributor uang palsu tersebut dan akan berkoordinasi dengan direktorat reskrimsus Polda DIY. Atau malah mereka kedua pelaku yang jadi bagian dari distributor, kami masih melakukan pendalaman," katanya.

Atas perbuatannya, kedua pelaku dijerat dengan Pasal 36 ayat 3 jo Pasal 26 ayat 3 dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara dan Pasal 36 ayat 2 jo Pasal 26 ayat 2 ancaman hukuman 10 tahun penjara Undang Undang RI Nomor 7/2011 tentang pengedaran dan menyimpan mata uang rupiah palsu."Kami masih mengembangkan kasus ini," katanya.

Sementara itu tersangka Kusnin mengaku membeli uang palsu 300 lembar dengan harga Rp2 juta dari seseorang yang Pekalongan (Jateng) namun transaksi dilakukan di Batang (Jateng).

Ia mengatakan terpaksa mengedarkan uang palsu karena terlilit utang Rp100 juta dari seorang rentenir. Uang itu sejatinya untuk modal usaha pakaian. Namun usahanya tidak berjalan mulus dan berunjung bangkrut.

"Orang ini beda dari kasus sebelumnya, awalnya saya dapat info dari teman. Lalu saya dikasih sampel 50 lembar, tapi karena kualitasnya jelek saya kembalikan, lalu saya dikasih lagi 300 lembar nominal Rp100.000, uang itu saya bayar Rp2 juta hasil meminjam dari saudara," katanya.

Ratusan lembar uang palsu yang telah ia terima kemudian dibelanjakan ke sejumlah tempat dalam perjalanan menuju Yogyakarta. Sasaran belanja dengan uang palsu biasanya pedagang berusia lanjut, dengan harapan pedagang tidak sadar jika uang transaksi itu palsu. "Saya beli barang dari pedagang yang sudah lanjut usia. Mereka tidak memperhatikan uang yang saya gunakan," katanya.

 Kusnin mengakui aksi ini sempat berhasil mengelabui penjual pisang, di Pasar Jagalan, Muropi, 70. Kusnin membeli satu sisir pisang dari pedagang lanjut usia itu seharga Rp10.000 dengan uang Rp100.000. Kemudian dirinya melakukan transaksi dengan penjual ikan pindang setempat, Jari. Modusnya sama.

Namun aksi kedua ini gagal karena Jari menanyakan keaslian uang tersebut kepada rekannya, Haryanto. Setelah diteliti, dipastikan uang itu palsu. Dirinya segera mengembalikan pindang yang dijual Jari, lantas pergi. Akan tetapi pedagang yang sudah curiga dengan gerak-gerik Kusnin lantas menangkapnya dan diamankan ke pos keamanan pasar untuk diinterogasi.

Sumber Berita & Gambar : AntaraNews Yogyakarta

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj