Skip to main content

Hari Pangan, Mahasiswa UGM Bagi-bagi Ketela Rebus

YOGTAKARTA - Memperingati Hari Pangan Sedunia, mahasiswa UGM Yogyakarta menggelar aksi bagi-bagi ketela rebus kepada pengguna jalan yang melewati kawasan Bundaran UGM.

Dalam kesempatan itu, mahasiswa DARI Fakultas Peternakan itu mendesak pemerintah untuk lebih mengutamakan produktivitas pangan lokal. "Impor bahan pangan bukan menjadi solusi bagi masyarakat. Negara kita negara agraris jadi kenapa kita harus mengimpor bahan makanan kalau kita bisa memproduksinya," terang Hasta, koordinator aksi, Selasa (16/10/2012).

Hasta menuturkan, terlepas dari politisasi atau tidaknya diversifikasi pangan, masyarakat Indonesia dihadapkan pada meningkatnya jumlah penduduk. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan beras pun akan semakin tinggi. Sementara lahan produktif di negara ini sudah semakin menyempit karena beralih fungsi.

"Anak-anak muda saat ini juga sudah malu dan enggan menjadi petani, ini menjadi keprihatinan kita bersama dalam meningkatkan produktivitas pangan di negara ini," katanya.

Mahasiswa Fakultas Peternakan UGM juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus mencintai hasil pangan lokal. Ketela salah satunya, makanan yang hampir dilupakan ini coba disuarakan kembali sebagai makanan yang wajib dicintai.

"Kenapa harus ketela? Ketela adalah makanan khas kita. Zaman penjajahan dulu masyarakat sudah mengonsumsinya sebagai pengganti beras. Selain murah, ketela cukup mudah ditanam dan didapat," jelas Hasta kepada Kompas.com.

Impor pangan yang dilakukan oleh pemerintah, secara tidak langsung mematikan hidup para petani lokal. Pemerintah harus mengurangi impor pangan dari negara lain demi keberlangsungan hidup petani dan pangan lokal negara ini.

"Kondisi petani yang semakin berkurang masih harus disudutkan dengan harga jual hasil pertanian yang murah, membuat orang enggan menjadi petani. Pemerintah harus mengalihkan fokus dari impor menjadi peningkatkan produktivitas hasil pertanian demi menyelamatkan petani dan pangan lokal," tegasnya.

Selain membagikan ketela, mahasiswa bergantian melakukan orasi mengajak masyarakat tetap mencintai pangan lokal. Beberapa aksi teaterikal sebagai kritik akan kebijakan impor pun ditunjukkan sebagai aksi keprihatinan mahasiswa akan terpuruknya pangan lokal di negara ini.

Sumber Berita & Foto : Kompas Online

Comments

Popular posts from this blog

Matahari Godean Grup : Belanja Online via Whatsapp

Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat Jogjakarta umumnya dan masyarakat Godean khususnya dan untuk mempermudah belanja tanpa antrian  dan tanpa perlu datang ke toko maka Matahari Godean Grup ( Toserba Matahari Godean & Mth Fashion ) Jl. Saronodipoyo - Utara Pasar Godean membuka layanan Belanja Online via Whatsapp sebagai Berikut : Toserba Matahari Godean : Belanja Online via Whatsapp untuk kebutuhan sebagai berikut : Ringkasan Paket Sembako *dapat disesuaikan dengan kebutuhan anda (check via whatsapp) Mth Fashion : Untuk belanja Online kebutuhan Sandang/Fashion Keluarga, Untuk produk-produk bisa Anda lihat di Instagram : https://www.instagram.com/mth.fashion.online.shop/  (updated) Untuk Informasi Lebih lanjut bisa kontak Nomor Whatsapp masing-masing. Selamat Berbelanja secara Online | Jangan lupa informasikan ke keluarga dan rekan-rekan anda.

Meneropong Kisah Sukses Pemudik Asal Gunungkidul

Berbekal ijazah SMU,Takhlukkan Kota Jakarta Sangat tidak pantas untuk ditiru, apa lagi bila tidak memiliki keahlian yang cukup memadai sebagai modal mencari kerja di Jakarta. Namun pria ini memberi bukti bagaimana mampu sukses di Ibukota Negara . Bagaimana caranya? GUNUNGKIDUL-Meski baru merantau ke Jakarta sejak akhir tahun 2004 lalu, bisa dikatakan pria ini cukup berhasil. Pulas Priotyas Wiyatno nekat membawa istri dan ketiga anaknya ke Ibukota untuk mengadu nasib. Seperti yang dikatakan kepada RADAR JOGJA, awalnya sungguh sangat sulit dan memerlukan perjuangan yang sangat keras untuk bisa bertahan dan tetap survive sehingga menjadi seperti sekarang ini. " Memang belum bisa dibilang sukses mas. Kami sangat biasa banget. Tapi saya bersyukur dapat melewati saat - saat sulit " kata bapak empat anak ini. Selanjutnya Pulas mengisahkan bagaimana ia dengan keluarganya sampai memberanikan diri pergi ke Jakarta yang menurutnya sangat tidak pantas untuk ditiru apalagi bila t...

Bencana Alam-Tebing Longsor Terjang Satu Rumah

KULONPROGO– Rumah milik MitroWidarto,78,warga Dusun Semawung, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang rusak parah setelah tertimbun tanah longsor pada Selasa (10/1) malam. Tiga rumah dan satu musala yang berdekatan dengan rumah milik korban juga terancam. Kejadian tersebut terjadi pada Selasa (10/1) sekitar pukul 21.30 WIB diawali dengan hujan yang cukup deras sejak pukul 16.00. Akibatnya, tebing di belakang rumahnya ambrol sejauh 300 meter hingga menghantam rumahnya. ”Kerugian kami sekitar Rp30 juta,” ujar Mitro kemarin. Dua rumah milik Suranto, 55 dan Wahyudi,58,juga terancam. Kedua warga ini merupakan anak kandung korban. Rumah milik Sutopo, tetangga korban, juga terancam karena hanya berjarak tidak lebih dari 200 meter. ”Tiga rumah dan satu musala terancam,” ucapnya. Awal 2012 lalu sebenarnya tebing di belakang rumahnya juga longsor.Namun,waktu itu volumenya tidak besar dan tidak sampai menerjang rumah. ”Jadi ini longsoran yang kedua. Longsoran pertama hanya kecil, yang kedua s...