Skip to main content

Belajar Mengajar di SMA 17 Ditunggui Preman

YOGYA - Sejak konflik sengketa lahan di SMA 17 Yogyakarta berlangsung, belasan orang berbadan besar mondar-mandir di kawasan kompleks sekolah. Keberadaan 'preman' ini bergantian selama 24 jam, dan membuat suasana belajar mengajar menjadi tidaknyaman.

"Ini adalah kejadian kedua sejak terjadi 2009 lalu. Secara psikis amat sangat mengganggu, tapi kami berkomitmen proses pendidikan jalan terus. Kita pokoknya mencerdaskan bangsa," tegas Kepala SMA 17, Suyadi.

Ia memperkirakan orang-orang ini adalah suruhan dari orang yang kabarnya sudah membeli tanah sekolah ini. Namun ia tidak tahu persis mengenai masalah ini, karena adalah urusan yayasan.

"Setiap pagi saya juga menyapa mereka. Dan sudah ada komitmen tidak akan melakukan perusakan atau mengganggu masuk ke kawasan kelas," imbuhnya.

Menurutnya kelas 12  tetap giat belajar mengikuti persiapan ujian nasional,  termasuk mengikuti les di sore hari, setelah jam pelajaran usai. Harapannya berbagai pihak bersedia memelihara gedung sekolah yang masuk dalam golongan cagar budaya ini agar tetap bisa digunakan untuk belajar.

"Siang ini kabarnya diadakan rapat yayasan, untuk menyelesaikan sertifikat ganda yayasan, yang menjadi sumber masalah. Kami berharap ini bisa diselesaikan, sehingga siswa tetap bisa belajar dengan tenang," imbuhnya.

Sementara Sri Wigati selaku Kepala Humas SMA 17 menambahkan, pihaknya sudah lakukan pendekatan ke siswa agar mereka tetap belajar seperti biasa. Pintu belakang sekolah ditutup, sehingga para preman tidak bisa masuk kelas. "Anak masuk lewat akses  pintu utama. Kami sudah lama dan tahu situasi seperti ini, tidak masalah. Lama-lama anak-anak sudah cuek, dengan keberadaan orang asing diluar, tidak masalah," ujarnya.

Agustina Feni, siswi kelas 10 SMA ini mengungkapkan, dirinya kaget ketika Senin lalu sekolah ditutup seng. Ia juga merasa takut akan keberadaan para preman yang masih bersliweran hingga saat ini." Tanggal 16 Maret saya ujian, agak terganggu persiapannya. Karena akhirnya guru sibuk mengurusi masalah ini, dan kurang mengurusi siswa," ujarnya.

Semantara Monica Marlyandini siswi kelas 12 IPS juga mengaku dirinya sempat merasa terganggu. Jam tambahan bagi kelas tiga pun menurutnya tidak dilakukan gara-gara ada kasus ini. "Yang menjengkelkan, sering orang-orang ini mengganggu kami, misalnya bilang 'Mau tak anterin pulang ngga?',atau semacamnya. Ini membuat saya dan siswi lainnnya risih," kesalnya.

Meski terdapat belasan preman, tidak ada satupun dari mereka yang bersedia memberikan keterangan. (Den)

Sumber Berita & Gambar : Krjogja.com

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj