Skip to main content

Yogya Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Dua negara akan membantu proyek percontohan ini

Yogyakarta - Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terpilih menjadi proyek percontohan pengolahan sampah menjadi energi. Penilaian yang dilakukan PT (Persero) Energi Management Indonesia atas 10 provinsi akhirnya menjadikan DIY yang terpilih.

Manajer Sekretariat Bersama Tempat Pembuangan Akhir, Kartamantul Ferry Anggoro Suryokusumo, mengatakan bahwa yang menjadi pertimbangan  DIY yang terpilih sebagai pilot project pengolahan sampah menjadi energi  karena memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) regional yang digunakan oleh banyak daerah,  Yogyakarta, Sleman dan Bantul atau disingkat  Kartamantul).

Dari sisi volume sampah cukup banyak yakni 3.500 ton per hari, tata letak  TPA sudah memenuhi syarat dibandingkan yang lain dan volume sampah di Kartamantul terbanyak kedua setelah DKI Jakarta.

"Kriteria TPA yang ada di DIY sudah memenuhi peryaratan seperti yang dikehendaki  PT (Persero) Energi Management Indonesia," katanya, Senin, 13 Februari 2012.

Lebih lanjut Ferri mengatakan, rencananya minggu depan dari Kedutaan Besar Perancis akan melakukan assessment  terhadap tenaga kerja, nasib pemulung, pengepul dan  sapi di lokasi TPA Piyungan yang akan dibangun pembangkit dengan teknologi refuse-derived fuel (RDF). Sampah di TPA Piyungan akan diolah menjadi bahan bakar industri semen.

"Dari Kedubes Inggris  memberikan hibah untuk melakukan studi kelayakan RDF, sedangkan Kedubes Perancis memberikan hibah untuk melakukan assessment nasib tenaga kerja pemulung, pengepul dan sapi yang ada di  lokasi TPA Piyungan. Lahan untuk pembangunan teknologi RDF ini sekitar  3,2 hektar dan untuk instalasinya hanya memerlukan sekitar 2 hektar. Teknologi RDF ini nanti akan diserahkan kepada investor," kata Ferry.

Selama ini tenaga pemulungnya yang ada di TPA Piyungan sekitar 250 orang, pengepul sekitar 10-15 orang, sedangkan sapinya sebanyak 600 ekor. Padahal sapi yang dipelihara di sekitar TPA tidak direkomendasikan karena apabila dagingnya dikonsumsi bisa meracuni  konsumen. "Sapi-sapi tersebut harus direlokasi," kata Ferry.

Selanjutnya dia mengatakan dari pembicaraan awal rencananya bila di TPA Piyungan dibangun teknologi RDF para pemulung sampah akan terlibat  sebagai pemilah sampah sebelum proses pengolahan RDF. Sehingga nantinya mereka akan menjadi pekerja pabrik yang mempunyai penghasilan tetap.

''Tetapi untuk tenaga pengepul ini yang perlu dipikirkan keterlibatannya di RDF nantinya sebagai apa. Karena maunya kami dengan teknologi RDF nantinya masalah lingkungan dan masalah sosial bisa selesai,'' katanya.

Sumber :Vivanews

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj