Skip to main content

Ini Dia Penyebab Melonjaknya Orang Miskin di Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, -- Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaporkan, jumlah orang miskin di provinsi itu melonjak sebanyak 3.350 jiwa dalam waktu tujuh bulan di tahun 2011. Akibatnya, jumlah warga miskin di DIY melonjak menjadi 564.230 jiwa dari sebelumnya 560.880 jiwa. Idul Fitri dan meletusnya Gunung Merapi menjadi salah satu pemicu melonjaknya jumlah warga miskin.

Kepala BPS DIY, Dyan Purnomo Effendi, mengatakan, penambahan warga miskin itu terjadi  terjadi pada periode Maret-September 2011. "Ada kenaikan warga miskin sebanyak 3,23 persen dalam kurun waktu tujuh bulan itu,'' ujarnya kepada wartawan Senin (2/1). Saat ini, menurut dia, jumlah penduduk DIY  mencapai 3.457.491 jiwa.

Jumlah warga miskin  paling banyak bertambah pada bulan Agustus dan September. Menurutnya, pada pada bulan Agustus ada hari Raya Idul Fitri, sehingga banyak warga membelanjakan uangnya untuk kebutuhan hari raya. "Akibatnya banyak warga yang masuk kategori miskin karena uangnya habis untuk itu," terangnya.

Kemiskinan itu, kata dia,  merupakan suatu kondisi sejumlah penduduk tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum. Garis kemiskinan pada September 2011 sebesar Rp 257.909/ kapita/ bulan. Sedangkan pada bulan Maret sebesar Rp 249.629/kapita/bulan.

Kepala Bidang Statistik Sosial BPS, Rahmawati, mengatakan penambahan warga miskin tersebut juga akibat dampak musibah erupsi gunung Merapi tahun 2010 lalu. Berdasarkan data , kata Dyan, garis kemiskinan di daerah perkotaan pada September 2011 sebesar Rp 273.678/kapita/bulan. Jumlah itu naik sebesar 2,98 persen dibandingkan Maret 2011 yang hanya Rp 265.752/kapita/bulan. Sedangkan garis kemiskinan di daerah pedesaan pada September 2011 Rp 226.770/kapita/bulan. Jumlah itu naik sebesar 4,06 persen dibandingkan Maret 2011 yang hanya Rp 217.923/kapita/bulan.

Sumber Berita & Gambar : Republika

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj