Skip to main content

Ada Komodo di Malioboro

JOGJA - Ribuan warga memebanjiri sepanjang jalan di kawasan Malioboro tadi malam (22/10). Mereka antusias menyaksikan karnaval budaya tahunan Jogja Java Carnival edisi ke-8.

Karnaval baru mulai sekitar pukul 19.00, namun puluhan ribu masyarakat sudah memadati tepi jalan antara Taman Parkir Abu Bakar Ali hingga Titik Nol Kilometer sejak beberapa jam sebelumnya. Bahkan, sejak sore sudah terlihat ribuan warga di kanan-kiri ruas jalan yang menjadi rute karnaval.

Sekitar pukul 20.00, kelompok peserta karnaval bergerak. Ada 37 kelompok yang berpartisipasi. Mereka berasal dari berbagai kelompok budaya. Selain itu, ada replika delapan keajaiban dunia. Patung Liberty, Menara Eiffel, Piramid dan Spinx, Kota Terlarang, Sleeping Budha, Taj Mahal, Menara Miring Pisa, serta Akropolis dan Kuda Troya.

Ditampilkannya delapan replika keajaiban dunia ini meneguhkan Jogja sebagai kota multikultural dan pluralis serta guyub dan rukun. Pesan lainnya, menegaskan Jogja sebagai kota bermukim berbagai suku di Indonesia. Lebih dari itu, Jogja menjadi tempat perbauran berbagai bangsa asing untuk belajar, berdagang, dan berwisata.

"Dengan spirit celebration of cultural unity ini, JJC dirancang sebagai kreatif untuk mengundang dunia melihat kita, Indonesia," jelas Koordinator Tim Kreatif JJC Rukman Rosidi.

Kesan mewah terlihat dalam JJC kali ini. Magnificent of Batik berbentuk handayani dengan warna warni batik yang menggoda mata di usung di atas sebuah mobil yang juga mengangkut sejumlah gadis pembatik. Di belakang Magnificent of Batik terdapat pemuda dari berbagai negara yang menggunakan batik. Mereka berjalan sambil membawa bendera negara masing-masing.

Sebuah mobil yang didekorasi apik, tampak membawa pengantin berpakaian khas Jawa. Ada pula beberapa model yang mengenakan baju khas berbagai negara seperti India, Belanda, dan lainnya.

Calon keajaiban dunia yang sedang giat mencari dukungan, komodo, juga ditampilkan. Sebuah replika komodo raksasa diarak para pemuda berpakaian Sumba. Komodo raksasa itu diarak hingga Alun-Alun Utara.

Dramatisasi pembuatan Borobudur yang pernah masuk dalam tujuh keajaiban dunia pun dihadirkan oleh Borobudur Art Center (BAC) Magelang. Melibatkan 99 personel, dikisahkan rakyat yang membangun Borobudur.

Salah seorang dari puluhan ribu warga yang menyaksikan JCC, Ana Widiyati, mengaku sudah tiba di sekitar Taman Parkir Abu Bakar Ali sekitar pukul 15.00. Dia sempat leluasa melihat berbagai peserta peserta karnaval.

”Dari sekian banyak peserta yang paling menarik adalah penampilan dari Borobudur Art Center. Bagus. Saya minta foto bareng juga," kata warga asli Gunungkidul yang tinggal di Dongkelan, Bantul, ini.

Ana mengaku baru pertama kali ini menyaksikan karnaval yang dilaksanakan untuk menyemarakkan HUT Kota Jogja. ”Kemarin tidak sempat menyiksakan kirab manten (GKR Bendara dan KPH Yudanegara). Ini gantinya,” ujar Ana yang dating bersama suami dan anaknya yang berusia sekitar setahun. (hed)

Translate Using Google Translate May Need Grammar Correction

There are Komodo in Malioboro

JOGJA - Thousands of residents along the roads in the region memebanjiri Malioboro last night (22/10). They enthusiastically watched annual cultural carnival Jogja Java Carnival edition 8.

The new Carnival starts around 19:00, but tens of thousands of people have thronged the street between Park Parking Ali Abu Bakr until Kilometer Zero Point since a few hours earlier. In fact, since the evening had seen thousands of citizens on either side of the street carnival route.

At around 20:00, a group of participants moving carnival. There are 37 groups that participated. They come from various cultural groups.
In addition, there are replicas of the eight wonders of the world. Statue of Liberty, the Eiffel Tower, Pyramids and Spinx, the Forbidden City, Sleeping Buddha, Taj Mahal, the Leaning Tower of Pisa, as well as the Acropolis and the Trojan Horse.

Display of the eight wonders of the world affirm replica Yogyakarta as a city of multicultural and pluralist as well as friendly and harmonious. Another message, confirms Yogyakarta as a city settled the various tribes in Indonesia. More than that, Yogyakarta became the assimilation of foreign nations to learn, trade, and travel.

"With the spirit of this celebration of cultural unity, JJC designed as a creative to invite the world sees us, Indonesia," said JJC Creative Team Coordinator Rukman Rosidi.

JJC luxurious look in this time. Magnificent form of Batik handayani with colorful batik and flirty eyes at the stretcher on top of a car that was also carrying a number of batik girl. Behind the Magnificent of Batik there are youth from different countries using the batik. They walked, carrying flags of each country.

A car that is decorated nicely, seemed to bring the bride dressed in a typical Java. There are also several models dressed in the typical range of countries such as India, the Netherlands, and others.

Candidate wonders of the world who are actively seeking support, dragons, are also shown. A replica of the giant Komodo dragon paraded the young men dressed in Sumba. Paraded up to the giant Komodo North Square.

Dramatization of making Borobudur has ever entered in the seven wonders of the world was presented by the Borobudur Art Center (BAC) Magelang. Involving 99 personnel, told the people who built Borobudur.

One of the tens of thousands of citizens who witnessed the JCC, Ana Widiyati, admitted that he had arrived in the vicinity of Abu Bakr Ali Parking Park around 15:00. He could freely see the various participants carnival participants.

"Of the many participants of the most interesting is the appearance of Borobudur Art Center. Good. I ask for photos together too, "said a native who lives in Dongkelan Gunungkidul, Bantul, this.

Ana was admitted for the first time witnessed the carnival held to liven anniversary of Yogyakarta. "Yesterday was not menyiksakan carnival manten (GKR Yudanegara Bendara and KPH). This place, "said Ana who comes with her husband and her son who was about a year.

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj