Skip to main content

Ini Lho Undangan "Royal Wedding" Yogyakarta

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Undangan resepsi pernikahan putri bungsu Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Raden Ajeng (GRAj) Nur Astuti Wijareni, dengan Achmad Ubaidillah mulai disebar. Undangan "royal wedding" ala Yogyakarta itu memiliki desain yang disesuaikan tamu yang diundang.

"Warnanya hijau muda, khusus diperuntukkan jajaran Muspida DIY. Untuk tamu lain, undangan yang diberikan berwarna beda," ujar Kepala Humas Pemerintah Provinsi DIY Kuskasriyati, Kamis (29/9/2011).

Undangan itu berukuran 18 x 30 sentimeter, dibuat dari kertas berbahan keras (hard cover). Di bagian sampul, terdapat logo Keraton Yogyakarta dan di bagian atas dihiasi tulisan timbul (emboss) berwarna emas. "Undangan lainnya berwarna jingga, khusus pimpinan dan anggota DPRD DIY," ujar Kuskasriyati.

GRAj Nur Astuti Wijareni, yang kini bernama Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, akan menikah dengan Achmad Ubaidillah, yang kini bergelar Kanjeng Pangeran Harya (KPH) Yudanegara, pada 18 Oktober 2011. Akhir Juli lalu, saat menyerahkan mahar atau mas kawin, KPH Yudanegara tampak malu-malu mengungkapkan mas kawin yang akan diberikan kepada GKR Bendara yang telah menjadi kekasihnya selama empat tahun.

Yudanegara mengatatakan, mas kawinnya sama seperti pasangan pada umumnya, yakni seperangkat alat shalat. Ia enggan menyebut mas kawin dalam bentuk lain. "Mungkin ada waktunya nanti. Yang jelas bukan sekarang. Pokoknya surprise lah," ujarnya.

Yudanegara mengaku sempat sedikit grogi waktu pertama kali mengungkapkan keseriusannya untuk meminang Jeng Reni, sapaan untuk GKR Bendara, di hadapan Sri Sultan Hamengkubowo X. Wajar saja, pria kelahiran Jakarta itu tak memiliki trah bangsawan keraton.

"Kalau deg-degan itu pasti, Mas, karena Sri Sultan, beliau kan tokoh. Beliau kan orangtua Reni. Kita mengalir saja, tidak ada trik khusus untuk menghadap Ngerso Dalem (Sultan, red). Kebetulan Ngerso Dalem orangnya juga mengalir," kata Yudanegara awal kali menemui Sultan untuk meminta restu meminang Jeng Reni.

Undangan resepsi GKR Bendara dan KPH Yudanegara berwarna jingga, khusus para pimpinan dan anggota DPRD DIY. (sumber : kompas)

Translate Using Google Translate May Need Grammar Correction

This Invitation "Royal Wedding" Yogyakarta

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Invitation to the wedding reception the youngest daughter of King Palace of Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gusti Raden Maya (GRAj) Nur Astuti Wijareni, by Achmad Ubaidillah began to spread. Invitation "royal wedding" a la Yogyakarta has a customized design of the invited guests.

"The color is light green, DIY Muspida dedicated line. For other guests, invitations are given colored backgrounds," said the Head of Public Relations Kuskasriyati Yogyakarta Provincial Government, on Thursday (29/09/2011).

The invitation was measuring 18 x 30 inches, made from paper made from hard (hard cover). On the cover, there is a logo of Yogyakarta Palace and at the top of the decorated paper arise (embossed) golden. "Another Invitation orange, specifically the leadership and members of the DPRD DIY," said Kuskasriyati.

Astuti Wijareni GRAj Nur, who is now named Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, will marry Ubaidillah Achmad, who now holds Kanjeng Prince Harya (KPH) Yudanegara, on October 18, 2011. End of July, when handed a dowry or dowry, KPH was shy Yudanegara reveal that dowry will be given to the RCC Bendara that has become his lover for four years.

Yudanegara mengatatakan, dowry just like the couple in general, namely a set of tools prayers. He reluctantly called dowry in other forms. "Maybe there's time later. Certainly not now. Anyway surprise lah," he said.

Yudanegara admitted was a little nervous the first time expressed its seriousness to woo Susan Jeng, greetings to GKR Bendara, in the presence of Sri Sultan Hamengkubowo X. Naturally, he was born in Jakarta did not have a royal dynasty palace.

"If it's definitely excited, Mas, for the Sultan, he's figures. He's Susan's parents. We're running alone, there are no special tricks to face Ngerso Dalem (Sultan, red). Incidentally Ngerso Dalem people also flows," said Yudanegara earliest times to the Sultan to ask the blessing woo Jeng Reni.

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj