Skip to main content

Perpaduan Budaya Jawa dan Dunia di JJC 2010

YOGYAKARTA(SINDO) – Puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Yogyakarta Ke-254 berlangsung sangat meriah tadi malam.

Diawali dengan penampilan para tokoh wayang yang menggunakan sepatu roda, acara yang dikemas dalam Jogja Java Carnival (JJC) ini dimulai. Keberagaman budaya nampak jelas sesuai dengan moto JJC yakni Celebration of Culture Unity.

Budaya Thailand turut memeriahkan dengan sebuah tarian bertema City of Angel.Para penari yang menggunakan pakaian adat Thailand ini dengan gerak gemulai cukup memukau para hadirin. Disusul rombongan dari negara Suriname dan tak ketinggalan para ekspatriat dari berbagai negara turut unjuk kebolehan dengan menggunakan pakaian Jawa. Penampilan pertama JJC Harmonight pertama ialah vehicle gunungan dengan menampilkan 70 penari gunungan.Yang kedua tampil vehicle dengan tema WulanTumanggal yang diiringi oleh tokoh-tokoh permainan dan dongeng anak sarat makna seperti pinokio,peri,raksasa jahat dan boneka lucu lainnya.

Penampilan selanjutnya ialah golong gilig yang menjadi sejarah dan kenangan Yogyakarta.Bangunan berupa tugu ini menggambarkan perilaku manusia yang harus saling menghargai, menghormati dan saling pengertian.Vehicleselanjutnya ialah Bumi Kebrana,mewakili isu global warmingyang saat ini tengah mengancam bumi. Para penari menggambarkan bagaimana bencana alam selama ini telah menghantui bumi yang pada akhirnya dapat mendatangkan malapetaka hebat yang dapat menghabisi alam semesta.Sesi ini seperti mengingatkan manusia agar terus mau menjaga alam sekitar mereka demi kehidupan selanjutnya.

Tuwu yang menggambarkan rimbunnya pepohonan menjadi penampilan vehiclekelima.Kali ini pesan yang ingin disampaikan ialah tanam pohon untuk masa depan agar manusia masih bisa merasakan sejuknya udara bersih.Ini ten-tu berhubungan dengan Indonesia sebagai paru-paru dunia.Selanjutnya disusul dengan HardoWalikoyang berbentuk naga besar berwarna hijau dengan gerak naik turun seakan hidup. Naga Jawa yang digambarkan diperumpamakan sebagai penjaga tanah Jawa dari mara bahaya yang mengintai setiap saat, terutama dalam dunia mitos khayalan. Tirto segoro menutup rangkaian vehicle dengan dominasi busana warna biru yang menggambarkan lautan selatan Yogyakarta dengan berbagai kisah misterinya.

Berbentuk kereta kencana yang ditarik empat kuda putih,gambaran sosok putri cantik penguasa pantai selatan Nyi RoRo Kidul tampak anggun menyapa hadirin. Lebih dari sembilan koreografer seniman Yogyakarta di antaranya Broto,Dhani Brain dan Maria Magdalena Ngatini menyuguhkan karya seni mereka dalam JJC Harmonight di sepanjang Malioboro. Karnaval malam hari yang diikuti oleh ribuan penari dari dalam dan luar negeri ini merupakan street performance kolosal yang didukung oleh 40 kelompok tari dan seni Yogyakarta. Berbeda dengan penyelenggaraan JJC tahun kemarin, tahun ini JJC lebih semarak dengan sebuah atmosfer ritme musik ciptaan para musisi yogyakarta yang mengiringi seluruh rangkaian karnaval.

JJC yang sejak tiga tahun lalu digelar sebagai puncak HUT Kota Yogyakarta kali ini menampilkan Keselarasan dalam Malam (Harmonight). Dengan tujuan mewujudkan Yogyakarta sebagai jendela budaya internasional, JJC 2010 mengemas budaya dalam tiga subtema besar yakni Selaras dengan Sesama,Selaras dengan Alam dan Selaras dengan Pencipta. Penampilan selanjutnya diisi dengan rangkaian pertunjukan budaya asal luar Yogyakarta yang benar- benar menggambarkan keanekaragaman budaya yang ada di Yogyakarta sebagai Indonesia mini. Karnaval ditutup dengan penampilan sasana wushu Indonesia Yogyakarta dan pesta kembang api.

JJC yang dimulai dari Lapangan Parkir Abu Bakar Ali ini melakukan atraksi di empat titik sepanjang Malioboro yakni di depan Malioboro Mall, depan Batik Terang Bulan,Ngejaman dan titik nol kilometer. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya mengatakan,kota merupakan pusat perabadan manusia dan dapat menjadi barometer peradaban manusia, baik peradaban material, moral dan spiritual. “Yogyakarta hingga saat ini tetap dapat mempertahankan ciri khasnya sebagai kota toleansi, miniatur Indonesia, kota kreatif dengan produk yang telah mendunia. Dengan adnya JJC maka lebih memperkaya ciri khas Yogyakarta,” ungkap Sultan. Sultan juga menuturkan, dengan kretifitas,sebuah kota bisa lebih dihargai dan hidup dan mengisi karakteristik dari kota itu sendiri.

“Dengan street performance seperti ini bahkan merupakan puncak kreatifitas para seniman agar tidak terhanyut pada dunia fana,namun tetap memikirkan multikultur dan humanis,”ujarnya. Sementara itu,Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto mengatakan, Kota Yogyakarta menjadi kota yang dinilai paling nyaman dihuni dibanding dengan 12 kota besar lain di Indonesia. Hal tersebut lalu diwujudkan dalam pagelaran JJC tahun ini. “JJC diharapkan menjadi icon even yang dapat memberikan dampak positif bagi dunia seni, ekonomi, pariwisata dan budaya Yogyakarta. Karnaval malam hari ini turut mewujudkan perayaan budaya untuk kesatuan,”ujarnya.

Herry mengungkapkan, JJC merupakan puncak pesta budaya yang ke depannya dapat semakin merangkum budaya universal dan dunia sehingga terwujud saling percaya, pengertian dan saling menghargaiantarsesamabangsadidunia. “JJC memang dipersiapkan menjadi pagelaran kelas dunia dengan dua ciri yakni karnaval malam hari yang menjadi pertama di Indonesia dan merupakan pesta budaya dunia. Kami berharap JJC dapat memberikan dampak positif bagi pariwisata Kota Yogyakarta sehingga perekonomian dan pendapatan masyarakat Yogyakarta semakin tumbuh,”jelasnya (ratih keswara)


Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj