Skip to main content

Merapi tak Memiliki Badan Penanggulangan Bencana

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN--Pemerintah Sleman, salah satu wilayah yang memayungi kawasan Gunung Merapi, ternyata belum memiliki Bandan Daerah Penanggulangan Bencana. Padahal dalam undang-undang yang di buat pemerintah--UU 24 tahun 2007--telah diamanatkan bagi tiap daerah untuk membentuk badan penanggulangan bencana sendiri.

Belum adanya badan daerah yang khusus menanggulangi bencana di Sleman disesalkan oleh Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiap-siagaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sugeng.

"Harusnya daerah punya badan sendiri untuk mengurusi hal itu. Selain sudah ditetapkan oleh UU, pembentukan badan penanggulangan bencana daerah sangat penting untuk program pencegahan bencana dan reaksi pascabencana," ujar Sugeng saat dijumpai sejumlah wartawan di Puskesmas Kecamatan Pakem, Sleman, Ahad (31/10).

Sugeng mengutarakan, BNPB memerlukan kaki di tiap daerah guna memaksimalkan kinerja. Kesan lamban yang dicap sejumlah pihak terhadap BNPB, ungkapnya, tidak terlepas dari ketiadaan lembaga pembantu di tiap daerah. "Pantas saja lambang. Wong kita tidak tahu kondisi daerah, medan, dan penduduknya. Kan kalau ada kaki kami di daerah, penyaluran bantuan bisa lebih cepat karena mereka sendiri yang mengetahui lokasi," ujarnya.

Karena tidak adanya, badan khusus penanggulangan bencana daerah, BNPB terpaksa berkoordinasi dengan badan perlindungan masyarakat (linmas) pemerintah setempat. "Kami terpaksa harus tumpang tindih menyalurkan banttuan ke lembaga yang terdiri dari berbagai macam bidang, di antaranya pemadam kebakaran dan keamanan," kata Sugeng menandaskan.

Menurut Sugeng, baru 166 daerah di Indonesia yang memiliki badan khusus untuk menanggulangi bencana. Dia menyarankan kepada daerah yang belum memiliki badan bencana, khususnya Sleman, untuk segera membentuk formatur dan merekrut relawan.

"Prosesnya mudah kok. Formaturnya bisa dari pemerintah setempat dan anggotanya dari masyarakat tiap daerah bencana yang nantinya kami beri pelatihan tentang penanganan dan deteksi bencana," katanya.

Dengan hal itu, Sugeng yakin bencana letusan Merapi dapat diminimalisasi korbannya dan penanganannya dapat berlangsung cepat. Dia menyayangkan keterlambatan Pemkab Sleman dalam melaksanakan UU No 24 tahun 2007. Padahal tragedi Merapi telah berlangsung sejak jauh hari--sebelum UU itu disahkan. "Harusnya ada respon cepat. Kami akan senang hati membantu karena itu sangat menolong kami dalam program penanganan bencana," pungkasnya.

Red: Endro Yuwanto
Rep: Abdullah Sammy

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj