Skip to main content

Satpol PP Razia KTP

RADAR JOGJA - Razia yustisia atau kartu tanda penduduk (KTP) tak hanya terjadi di kota-kota besar yang menjadi tujuan urbanisasi saja. Di Jogja, pada musik mudik nanti juga akan digelar razia KTP ini. Tapi, ini bakal berlaku bagi pemudik yang mengunjungi Jogja. Dinas Ketertiban (Dintib) Kota Jogja akan merazia semua pemudik.

"Kami sudah sosialisasikan soal razia KTP ini kepada kepala stasiun maupun kepala terminal melalui surat resmi. Semoga surat itu ditindaklanjuti dikirimkan di beberapa stasiun dan terminal jurusan Jogja," kata Kepala Bidang Pengendalian Operasi (Dalops) Dintib Jogja Nurwidi Hartana, Jumat (19/8) di ruang kerjanya, kompleks balai kota.

Nurwidi menuturkan, operasi terhadap KTP pemudik ini merupakan langkah antisipasi pemerintah terhadap pemudik. Terutama, jika mereka mendapatkan musibah kecelakaan atau apa pun. "Jika terjadi apa-apa, bisa dengan mudah dilakukan pemberitahuan dan pengusutan kepada keluarganya," ujarnya.

Pada razia identitas KTP ini, dilakukan pemerintah kota (Pemkot) Jogja untuk menekan terjadinya angka kriminalitas. Apalagi, pada saat musim mudik Lebaran seperti ini, angka kriminalitas selalu naik.

Operasi yustisi ini, sambung Nurwidi, akan dilakukan di berbagai pintu masuk Jogja. "Setiap ada angkutan yang turun, kami lakukan pengecekan adanya KTP dari pada pemudik ini," katanya.

Operasi ini diungkapkannya juga untuk menekan angka urbanisasi. Terutama warga yang datang ke Jogjakarta untuk bekerja. "Tidak dilarang pendatang ke Jogja. Kami hanya lakukan langkah terjadinya penyakit masyarakat seperti gelandangan, pengemis, dan anak jalanan," ungkapnya.

Sebagai Kota Pelajar, Jogja memang kesulitan jika harus melarang penduduk datang ke Jogja. Setiap pengunjung dan pelajar yang datang ke Jogja selalu disambut baik pemkot. Mereka hanya tidak ingin pada kemudian hari, urbanisasi penduduk yang tak jelas akan menimbulkan sejumlah problem sosial. Apalagi, para pendatang tidak memiliki skill dan tempat tinggal.

Karena itu, Dintib melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang akan menjadi leading sector, menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Baik Dinas Perhubungan (dishub) maupun Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil). "Tugas kami hanya memastikan saja mereka membawa KTP," ujarnya.

Kepala Humas PT KAI Daerah Operasional (Daops) VI Eko Budiyanto saat dihubungi terpisah menuturkan sampai saat ini pihaknya belum menerima surat tersebut. Namun, sesuai dengan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, PT KA menyambut baik adanya pengecekan KTP dari Satpol PP ini."Sangat membantu dalam menekan angka terjadinya kriminalitas," jelas Eko.

Ia menjelaskan operasi yustisi ini, biasanya akan dilakukan pada arus mudik maupun balik. Dua stasiun mereka yang sering menjadi tujuan dari operasi yustisi ini. "Kami serahkan kepada Dintib. Karena mereka yang memiliki kewenangan untuk hal ini," katanya. (eri)

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj