Skip to main content

Dikawal Ketat Polisi, Ormas Islam Janji Pantau Tempat Maksiat


RADAR JOGJA - Tempat-tempat hiburan malam di Kota Jogja yang sekitarnya yang kerap menjadi ajang bermaksiat tampaknya harus mematuhi aturan tutup selama bulan Ramadan. Jika tak ingin adanya penutupan paksa dari kepolisian dan organisasi massa (ormas) Islam.

Sebab, organisasi massa (ormas) Islam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Front Jihad Islam (FJI), dan Gerakan Anti Maksiat (GAM) menjanjikan tetap keluar. Mereka akan bekerja sama dengan aparat Kepolisian memantau hal tersebut.

"Jika ada tempat hiburan malam yang ternyata masih beroperasional, kami serahkan kepada aparat kepolisian. Kami hanya akan memantau tempat-tempat tersebut. Supaya, umat muslim bisa melaksanakan ibadah puasa dengan khusyuk," kata Komandan Laskar Mujahidin Abu Haidar, usai beraudiensi dengan Kepala Kepolisian Kota Besar (Kapoltabes) Jogja Kombes Pol Atang Heriadi, kemarin (6/8) di Mapoltabes Jogja.

Haidar menampik jika pemantauan tempat-tempat maksiat ini disebut dengan sweaping. Karena, saat keluar bersama dengan pihak aparat nanti, pihaknya hanya akan memberikan mental power terhadap pengelola dan pengunjung. Sedang, soal tindakan jika ada yang pelanggaran, menjadi kewenangan dari aparat kepolisian.

Pemantauan tempat-tempat maksiat ini, menurutnya, juga telah dilakukan selama Ramadan yang lalu. Hasilnya, juga tidak terjadi sweaping terhadap pengunjung tempat maksiat. "Pemantauan ini juga untuk mendukung kepolisian menutup tempat-tempat maksiat. Walaupun hal tersebut baru bisa dilakukan pada bulan Ramadan," imbuhnya.

Ia berpendapat, kepolisian dan pihaknya memiliki visi sama soal tempat kemaksiatan. Yakni tidak akan mendukung adanya kemaksiatan. "Saya sangat yakin, jika aparat juga tak mungkin mendukung adanya maksiat. Dalam bentuk apa pun," tandas pria berjenggot ini.

Saat memberikan mental power terhadap pengunjung dan pengelola tempat maksiat, dirinya mengungkapkan hanya akan mengerahkan 10 orang anggotanya. Pihaknya tak akan menurunkan banyak orang demi terciptanya kenyamanan masyarakat.

Soal adanya pemantauan ini, Kapoltabes Jogja Kombes Pol Atang Heriadi mengakuinya. Pemimpin tertinggi kepolisian di wilayah Jogja ini menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari kerjasama polisi sebagai mitra masyarakat. "Kami lakukan ini seperti kerja sama dengan pihak lain untuk mewujudkan ketertiban dan keamanan di masyarakat," imbuhnya.

Atang juga menjelaskan, pada kerja sama yang dilakukan tersebut, Ormas Islam ini hanya akan memberi masukan kepada pihaknya. Jika pada pemantauan ini diketemukan beberapa tempat maksiat yang menyalahi aturan, pihaknya yang akan mengambil tindakan. "Sesuai dengan tugas dan kewenangan hal tersebut berada di kami. Ini juga telah menjadi kesepakatan dari silaturahmi ini," sambung perwira tiga melati di pundak ini.

Meski bekerja sama melakukan pemantauan terhadap tempat-tempat maksiat, Atang menolak jika terjadi sweaping. Ia juga menjanjikan, akan meminimalisir sweaping terhadap masyarakat. Apalagi, ini juga menjadi salah satu poin kesepakatan dari silaturahmi dengan ketiga Ormas Islam ini. "Jika pun ada sweaping, saya yakin dilakukan oleh oknum yang mengatasnamakan ormas Islam," ujarnya. (eri)

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj