Skip to main content

Pemprov DIY Pangkas 5.000 PNS-Dinilai Memberatkan Anggaran Belanja Daerah

YOGYAKARTA– Pemprov DIY berencana mengurangi jumlah pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 5.000 orang hingga 2015. Kebijakan ini dilakukan karena jumlah PNS di lingkungan pemprov dinilai terlalu gemuk dan membebani anggaran belanja.

”PNS kita masih terlalu gemuk dan harus dirampingkan agar tidak memberatkan anggaran daerah,” tandas Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DIY Agus Supriyanto saat rapat kerja dengan Komisi A DPRD DIY, kemarin. Jumlah PNS ini cukup menguras anggaran belanja APBD DIY. Setidaknya, 37% biaya APBD digunakan untuk belanja rutin PNS. Menurut Agus,jumlah tersebut masih lebih banyak dari jumlah ideal di pusat sekitar 30%.

Untuk menekan jumlah ini,PNS akan dipangkas dengan cara tidak merekrut CPNS dengan beberapa cara. Jika melakukan transfer PNS akan lebih selektif dan hanya menerima yang berkualitas. ”Rata-rata per tahun ada 200-400 PNS yang pensiun,” ujar Agus. Meski jumlah PNS yang berlebih, masih mengalami kekurangan di jabatan teknis seperti paramedis,guru, dan ahli teknik.

Ketua Komisi A DPRD DIY Ahmad Subangi mengaku kurang sependapat dengan rencana perampingan PNS. Dengan perampingan menjadi 5.000 orang, itu bukan jaminan kinerja pemerintahan akan lebih baik. ”Analoginya, kurus belum tentu sehat, atau mungkin gemuk juga belum tentu tidak sehat,”katanya.

Menurut Subangi,pemprov dalam hal ini BKD perlu melakukan kajian terlebih dulu sebelum benar-benar merampingkan jumlah PNS. Termasuk rencana pemberian tunjangan perbaikan penghasilan (TPP).Pemberian TPP itu tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai. Kondisi berbeda justru dialami Pemkot Yogyakarta yang mengalami kekurangan 1.951 PNS.

Jumlah tersebut diperkirakan akan semakin bertambah bila hingga akhir tahun ini Pemkot tetap tidak dapat merekrutCPNSsepertiyangdiatur dalamsuratkeputusanbersama (SKB) tiga menteri tentang Moratorium Penerimaan PNS. Penerimaan CPNS terakhir dilakukan 2010 lalu. Saat itu Pemkot Yogyakarta mengajukan 225 formasi pegawai. Dari pengajuan tersebut, hanya 80 kursi yang mendapatkan persetujuan.

” Padahal saat itu kami butuh rekrutmen 225 pegawai,” ujar Kepala BKD Kota Yogyakarta Tri Widayanto seusai mengikuti rapat kerja dengan Komisi A DPRD Kota Yogyakarta kemarin. Bila memperhitungkan catatan administrasi kepegawaian, setiap bulan setidaknya ada 30 orang PNS yang harus pensiun. Masalahnya, moratorium PNS menyebutkan daerah yang telah menghabiskan 50% APBD untuk belanja pegawai tidak bisa merekrut hingga akhir 2012.

”Sementara Kota Yogyakarta belanja pegawainya secara total mencapai 60% dari APBD.Tapi, kita butuh (PNS),”katanya. Anggota Komisi A DPRD Kota Yogyakarta Eko Kasbiantoro menilai pemerintah pusat saat ini tidak konsisten dengan keputusannya. Dari informasi yang diterimanya,

Pemkot Yogyakarta sejak berapa tahun lalu telah melakukan analisa jabatan (anjab) sebagai salah satu syarat untuk mengajukan kebutuhan pengisian formasi pegawai yang kosong. ”Padahal, secara teknis anjab dapat menjadi dasar diambilnya keputusan mengenai rekrutmen. Hanya, anjab ini benar tidak perlakuannya pertimbangan pada sektor kualitas, jangan hanya kuantitas,” tandasnya. kuntadi/maha deva

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj