Skip to main content

Gandeng Ormas, Eks Nasabah Bank Century Geruduk Bank Mutiara Yogya

Puluhan eks nasabah Bank Century bersama beberapa anggota ormas FKPPI, Pemuda Pancasila (PP), Pemuda Panca Marga (PPM) melakukan aksi demo di Bank Mutiara cabang Yogyakarta. Mereka menuntut uang nasabah dikembalikan.

Aksi yang mengatasnamakan Gerakan Rakyat Penegak Pilar Yudikatif (GRPPY) itu digelar di depan kantor Bank Mutiara (eks Bank Century) di Jalan Laksda Adisutjipto Yogyakarta, Selasa (21/2/2012), sekitar pukul 11.00 WIB. Saat aksi demo berlangsung, beberapa anggota FKPPI langsung membentang spanduk dan poster di depan kantor bank.

Beberapa poster dan spanduk tersebut diantaranya bertuliskan 'NKRI negara hukum, Presiden SBY: Tegakkan Hukum", "Bank Mutiara: Lecehkan Hukum, Demi Tegaknya Pilar Yudikatif", "Bank Mutiara Ditutup karena Melecehkan Hukum dan Tidak Patuh Putusan Hukum".

"Kami menuntut pertanggungjawaban Bank Mutiara (eks Century) untuk mengembalikan uang nasabah yang sampai saat ini tidak dibayarkan," ungkap salah satu nasabah eks Bank Century, Ziput Lokasari kepada wartawan disela-sela aksi.

Menurut Ziput, nasabah Bank Century Yogyakarta juga sudah melakukan gugatan di pengadilan, namun Bank Mutiara (eks Century) tidak mau mematuhi putusan pengadilan. Mereka juga menuntut penutupan Bank tersebut karena hanya menyusahkan masyarakat.

Dia mengatakan dirinya bersama nasabah lainnya di Yogyakarta telah menggugat ke pengadilan dan surat putusan pengadilan menyatakan memenangkan nasabah. Namun surat itu tidak pernah digubris, seakan tidak punya kekuatan karena tidak pernah direalisasikan Bank Mutiara. Putusan pengadilan melalui BPSK No 15/Abs/BPSK-YK/VIII/2009 itu tertanggal 8 Agustus 2009.

"Kami sudah melakukan mediasi, tetapi tidak kunjung ada tanggapan dan pihak bank tidak mau menemui perwakilan nasabah," katanya.

Menurut dia, sekitar 65 orang nasabah eks Bank Century yang berganti nama Bank Mutiara dana tabungan yang mencapai Rp 75 miliar. Pihak juga sudah berkali-kali menagih tapi tidak pernah digubris.

"Selama 3 tahun ini kami sudah menagih hingga yang ke-15. Kami ingin uang kami dikembalikan," katanya.

Ziput bersama nasabah lainya berniat menemui Kepala Cabang Bank Mutiara, Sugiri. Kapolsek Gondokusuman Kompol Hadi Sutomo yang menjadi mediator pertemuan, gagal mempertemukan kedua belah pihak.

Sumber Gambar & Berita : Detiknews

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj