Skip to main content

Yogya Kota (Geng) Pelajar

YOGYAKARTA– Identitas Yogyakarta sebagai Kota Pelajar belumlah luntur. Namun maraknya geng pelajar di kota ini membuat citra positif itu perlahan tercoreng. Aksi mereka pun kian meresahkan.

Keberadaan geng-geng ini terselubung. Jumlah geng pelajar ini pun terus bertambah. Dari penelusuran Seputar Indonesia (SINDO), di tingkat SMP dan SMA, setidaknya ada 60 geng yang masih eksis di Yogyakarta dansekitarnya.Kemarin,sejumlah pelajar ditangkap di Minggiran, Mantrijeron karena hendak tawuran dengan siswa sekolah lain.Beruntung aksi mereka tercium dahulu oleh polisi.

Dari beberapa kejadian,keberadaan geng pelajar itu kerap berbuat ulah bahkan mengarah ke tindak kriminalitas.Kelompok pelajar itu biasa terlibat perkelahian, bahkan ada yang sengaja mencari musuh dengan pelajar dari sekolah lain.Kelompok pelajar itu beranggotakan pelajar kelas 1 sampai dengan kelas 3 dan biasa berkumpul secara berkelompok di sekitar kompleks sekolah. Meski keberadaannya terselubung dengan nama kelompok yang biasa di cat tembok-tembok, jika tidak mendapatkan penanganan serius dikhawatirkan keberadaan mereka akan terus membuat keresahan.

Endang, salah seorang pedagang angkringan di Jalan Kapas Yogyakarta,tepatnya sekitar kompleks SMA Muhammadiyah II Yogyakarta mengaku kerap merasa was-was ketika melihat ada pelajar dari sekolah lain melintas dan memainkan gas kendaraan. Sebab, jika itu terjadi pelajar yang berkumpul di warungnya biasanya mengejar dan terlibat perkelahian. “Kalau ada yang lewat dari sekolah lain bleyer (main gas) motor langsung dikejar, kadang juga ribut di sini,” katanya. Para pelajar itu yang sering nongkrong di warungnya kerap juga terlihat datang dengan membawa senjata.

Senjata yang dibawa biasa tidak dibawa masuk sekolah, melainkan disimpan atau dititipkan.”Biasanya ada yang ada juga yang nitip seperti keling,” ungkap dia. Bagas,pelajar dari SMK Nasional, Kalasan, Sleman yang mengaku biasa nongkrong di warung Jalan Kapas mengaku geng pelajar hampir ada di setiap sekolah dan masing-masing memiliki nama khusus. Mereka yang tergabung dalam geng itu ingin menamakan diri mereka sebagai gengster.“Kalau di sekolahku gengnya Rasta (Revolusi Nasional Yogyakarta),” katanya.

Pelajar yang masih duduk di bangku kelas II SMK Nasional Kalasan itu membenarkan jika antarsekolah biasa terlibat perkelahian terutama bagi yang memang sudah memiliki permusuhan. Perkelahian tidak hanya bisa terjadi di lingkungan sekolah atau di dalam kota, perkelahian bisa terjadi di luar kota sekalipun jika memang bertemu. “Kemarin itu ketemu di Jakarta juga bisa tawur,” ulasnya. Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Sunyoto Usman berpendapat pelajar masuk dalam kelompok geng dan berkelahi karena mereka meniru orang dewasa atau juga meniru apa yang pernah dilihat di televisi maupun film.

Untuk menangani hal itu tidak bisa mengedepankan dari peran guru di sekolah saja, melainkan memerlukan peran dari semua pihak, termasuk pemerintah, dan keluarga.“ Penanganannya harus komprehensif dan tidak dipertaruhkan pada pihak sekolah saja,”paparnya. Sunyoto berpendapat, Dinas Pendidikan dan juga pihak sekolah dalam hal itu memang harus bertindak memberi sanksi tegas kepada siswa yang memang diketahui masuk dalam kelompok geng.Sebab jika tidak ada sanksi tegas,tidak dipungkiri kasus perkelahian pelajar kapan saja bisa terjadi. “Meski geng itu terbentuk di luar sekolah, sekolah juga tidak bisa lepas tangan,” pungkasnya.

Kasi Kesiswaan Pengembangan Pendidikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta Wisnu Sanjaya mengakui adanya geng pelajar di Kota Yogyakarta. Dari catatan yang dimiliki ada puluhan geng pelajar, hanya dimungkinkan sebagian sudah tidak ada atau sudah ganti nama.Sebagai upaya preventif guna mengantisipasi perkelahian pelajar Disdikpora terus melakukan kerjasama dengan kepolisian salah satunya dengan melakukan kegiatan operasi.

“Dari sekolah juga melakukan tindakan tegas terhadap anak yang terkena kasus dengan memberikan sanksi tegas berupa pengeluaran,” paparnya. muji barnugroho

Sumber Berita & Gambar : Seputar Indonesia

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj