Skip to main content

Situs Candi Ditemukan di Yogyakarta

Ada empat bangunan candi. Candi bercorak Budha.

VIVAnews -- Sebuah situs candi kembalikan ditemukan di Dusun Palgading, Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Lokasinya, tak jauh dari situs Kimpulan Hindu di komplek Universitas Islam Indonesia. Candi yang ditemukan ini bercorak Budha.

"Temuan itu terdapat empat candi baru yang bentuk dan denahnya berbeda-beda semua. Namun yang satu belum jelas, karena masih dalam proses," kata Kepala Kelompok Kerja Pemugaran Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogya, Wahyu Astuti, kepada VIVAnews.com, Jumat 23 September 2011.

Menurut Ketua tim ekskavasi situs Palgading di komplek UII ini, dari keempat candi yang ditemukan, baru tiga bangunan yang sudah diketahui luasnya. Bangunan candi yang letaknya paling selatan seluas 13,23x17 meter, candi yang berada di tengah luasnya 8,6 meter, dan candi di sisi utara seluas 8,85x8,85 meter. "Untuk candi paling utara masih dalam proses, jadi belum diketahui luasnya," kata Wahyu Astuti.

Tak hanya bangunan candi, dari situs tersebut juga ditemukan arca Awalokiteshwara yang merupakan simbol Budhisatwa dalam penyembahan Budha. Selain itu, juga ditemukan fragmen gerabah, namun bentuknya sudah tidak utuh lagi. Pada candi yang terletak di sisi utara juga terdapat stupa berukuran besar, sedangkan prasasti dalam candi masih belum berhasil ditemukan.

"Hingga akhir september ini masih kami lakukan ekskavasi sembari lakukan studi lapangan," ujarnya.

Menurut Astuti, situs Palgading itu sudah ada sejak abad IX hingga X atau pada masa kejayaan agama Hindu dan Budha. Berdasarkan catatan Belanda, pada 1925 ditemukan stupa dalam candi, namun letaknya belum diketahui. "Kalau stupa yang ditemukan di palgading ini jelas berbeda dengan catatan Belanda. Stupa ini sangat besar," imbuhnya.

Sementara itu, situs Palgading ditemukan pada tahun 2006 dan proses ekskavasi dilanjutkan pada tahun 2011. Hingga sekarang ditemukan 4 candi yang terletak berjajar dari selatan keu tara. Arca Awalokiteswara ditemukan dicandi paling selatan dan stupa ukuran besar pada candi sisi utara atau candi ketiga. Sedangkan pada bagian timur candi, terdapat batu-batu gundul.

"Zaman dulu, Hindu dan Budha berdekatan, menjadi bukti pada masa itu sudah ada sinkretisme agama. Kalau zaman sekarang istilahnya kerukunan antar umat beragama," terangnya.

Laporan: Erick Tanjung l Yogyakarta, umi

Translate Using Google Translate May Need Grammar Correction

Temple Site Discovered in Yogyakarta

There are four buildings of the temple. Buddhist-style temple.
Vivanews - A temple site was found in the Hamlet return Palgading, Sinduharjo, Ngaglik District, Sleman, Yogyakarta. Its location, not far from the site in the complex Hindu Kimpulan Islamic University of Indonesia. These patterned temples discovered Buddhism.

"The finding that there are four new temples that form and all the different schematics. But that one is not clear, because it is still in the process," said Chief Hall Refurbishment Working Group on Preservation of Archaeological Heritage (BP3) Yogya, Revelation Astuti, to VIVAnews.com, Friday, September 23, 2011.

According to the Chairman of the excavation team at the complex UII Palgading sites, from the four temples that are found, only three buildings known extent. The building of the temple which is located at the southern area of ​​13.23 x17 meters, the temple is located in the middle breadth of 8.6 meters, and the temple on the north side area of ​​8.85 x8, 85 yards. "For the most northerly temple is still in the process, so it is not known the extent of," said Rev. Astuti.

Not only the buildings of the temple, the site also found statues that symbolized Budhisatwa Awalokiteshwara in Buddhist worship. Moreover, it also found fragments of pottery, but the shape is no longer intact. At the temple, located on the north side there is also a large stupa, while the inscription in the temple still has not been found.

"Until the end of September we are still doing the excavation while doing field studies," he said.

According Astuti, Palgading site had been there since the ninth century until the X or in the heyday of Hinduism and Buddhism. Based on the record the Netherlands, in 1925 found the stupa in the temple, but its location is unknown. "If stupas found in palgading is clearly different from the Dutch records. Stupa is huge," he added.

Meanwhile, Palgading site was found in 2006 and continued the excavation process in 2011. Until now found 4 temples situated tara keu lined up from the south. Awalokiteswara statues found at the south and the stupa dicandi large size on the north side of the temple or the third temple. While in the eastern part of the temple, there are bare rocks.

"In the past, Hinduism and Buddhism are close together, the evidence at that time had no religious syncretism. If today the term inter-religious harmony," he explained.

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj