Skip to main content

Kasus Narkoba Menurun di Yogyakarta

Dibanding periode yang sama tahun lalu, kali ini kasus penyalahgunaan narkoba menurun

VIVAnews - Kasus narkoba di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu lima bulan terakhir pada tahun 2011 ini mengalami penurunan dibandingkan pada bulan yang sama pada tahun 2010 yang lalu. Data menyebutkan pada lima bulan terkahir pada tahun 2011 ini terdapat 123 kasus dan pada bulan yang sama di tahun 2010 terdapat 161 kasus.

Drs Budi Harso MSi, Kepala Badan Narkoba Nasional Propinsi DIY mengatakan untuk kasus Psikotropika dari Januari hingga Mei 2011 terdapat 23 kasus dengan jumlah tersangka 26 orang, Narkotika 65 kasus dengan jumlah tersangka 78 orang dan Obat Berbahaya (Obaya) 20 kasus dengan tersangka 19 orang. Sehingga jumlah ada 123 tersangka. Jumlah ini tersangka laki-laki ada 112 orang, dan tersangka perempuan ada 11 orang.

”Sementara pada lima bulan tahun 2010, untuk Psikotropika 35 kasus dengan jumlah tersangka 56 orang, Narkotika 77 kasus dengan jumlah tersangka 82 orang dan Obaya 14 kasus dengan jumlah tersangka 15 orang. Dengan demikian, jumlah tersangka seluruhnya ada 161 orang. Dari jumlah ini, 151 orang laki-laki dan 10 tersangka di antaranya perempuan,” katanya, Jumat, 24 Juni 2011.

Menurutnya para tersangka ini, sekarang sebagian masih ditangani petugas dan selebihnya masih menjalani persidangan meski sudah ada yang diputus oleh pengadilan. ”Para tersangka yang diproses dipengadilan ada yang merupakan residivis narkoba maupun pengguna narkoba yang baru pertama kali ditangkap oleh petugas,” katanya.

Sementara itu Ir Tri Harjun Ismaji Msc, Sekda Propinsi DIY mengatakan, penyalahgunaan dan perederan gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya dewasa ini sudah sangat memprihatinkan serta terus mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

”Terbukti dari tahun 2004 angka prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 1,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 1,9 persen atau setara dengan 3,3 juta jiwa,” katanya.

Meski kasus Narkoba di Yogyakarta, mengalami penurunan namun kata Tri Harjun pihaknya tetap terus waspada terhadap bahaya narkotika. Maka upaya pencegahan, pembrantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) mutlak harus dilakukan seacara lebih komprehensif dan multidisipliner.

''Oleh karena itu, kami mengimbau kepada Bupati/Walikota, kepala Badan /Dinas/Biro/Pimpinan Perusahaan Pemerintah/Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat dan seluruh Komponen Masyarakat di DIY bekerjasama untuk pencegahan dan pemberantasan narkoba,” katanya.

Translate Using Google Translate May Need Grammar Correction

Drug Cases Declining in Yogyakarta

Over the same period last year, this time drug abuse case dropped

Vivanews - Drug Case in Yogyakarta Special Region within the last five months in 2011 experienced a fall compared to the same month in 2010 ago. The data mentioned in the last five months in 2011 there are 123 cases and in the same month in 2010 there were 161 cases.

Drs Budi Harso MSi, Head of the National Narcotics Agency said for the case of DIY Psychotropic from January to May 2011 there were 23 cases with a number of suspects 26 people, Narcotics 65 cases by the number of suspects 78 people and Dangerous Drugs (Obaya) 20 suspected cases with 19 people. So there are number of 123 suspects. This number is suspect men are 112 people, and there were 11 female suspects.

"While in the five months of 2010, for Psychotropic 35 cases with 56 people the number of suspects, Narcotics 77 cases by the number of suspects Obaya 82 men and 14 cases by the number of suspects 15 people. Thus, the total number of suspects there are 161 people. Of these, 151 men and 10 suspects were women, "she said, Friday, June 24, 2011.

He said the suspects are now some still handled the officer and the rest are still undergoing trial even though there are decided by the courts. "The suspects are processed in court there is a recidivist drug or new drug users was first arrested by the officers," he said.

Meanwhile Ir Tri Harjun Ismaji MSc, Secretary DIY say, abuse and dark market narcotics, psychotropic and other addictive ingredients today are very concerned and continued to increase in terms of both quantity and quality.

"Evident from the 2004 prevalence rate of drug abuse at 1.5 percent of Indonesia's population and in 2008 it rose to 1.9 percent or equivalent to 3.3 million people," he said.

Although cases of Drugs in Yogyakarta, has decreased but it still says Tri Harjun continue to be vigilant against the dangers of narcotics. So prevention, eradication abuse and illicit drugs (P4GN) absolutely must be done more comprehensive and multidisciplinary.

''Therefore, we appealed to the Regent / Mayor, head of the Agency / Department / Bureau / Corporate Leadership Government / private sector, NGOs and all components in the DIY community collaboration for the prevention and eradication of drugs, "he said.

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj