Skip to main content

59% Sumur di Sleman Tercemar

SLEMAN– Sebanyak 59,55% sumur milik warga Kabupaten Sleman tercemar bakteri coliform. Berdasarkan pemeriksaan Dinkes Sleman, dari 912 sumur milik warga, hanya 378 sumur atau 41,45% yang memenuhi syarat bakteorologi.

“Dari hasil penelitian, air sumur yang tercemar bakteri coliform tersebut melebihi ambang batas,yaitu di atas 50/100 mls,” ungkap Kasi Penyehatan Lingkungan Dinkes Sleman Yonantan kemarin. Dari hasil penelitian tersebut, air sumur yang paling banyak tercemar coliform terdapat di tiga kecamatan,yaitu Kecamatan Moyudan,Cangkringan, dan Turi.

Sumur yang paling rendah tercemar bakteri coliform terdapat di Kecamatan Mlati dan Depok. Selain meneliti syarat bakteorologi, pihaknya melakukan penelitian air dari segi kimiawi terhadap 829 air sumur warga.Dari jumlah ini,748 atau 90,23 % memenuhi syarat kimiawi dan 81 atau 9,77% yang tidak memenuhi syarat. Memang syarat kimiawi ini tidak menyebabkan gangguan kesehatan, melainkan hanya akan menyebabkan korusi (karat) pada perkakas yang terkena air ini.

Itu karena air mengandung zat besi (Fe), magnesium (mg) dan timbal (Pb).“Sampel yang kami ambil ini berasal seluruh puskesmas yang ada di Sleman, antara Januari hingga Mei lalu,” paparYonantan. Penyebab masih banyaknya air sumur warga Sleman yang tercemar bakteri coliform ini, di antaranya dari segi fisik sumur yang kurang bagus, dekat dengan sumber pembuangan limbah baik padat maupun cair. Selain itu kebanyakan sumur di Sleman juga belum terlindungi atau dalam keadaan terbuka.

“Karena itu,barang-barang dari luar akan mudah masuk ke dalam sumur. Dengan masuknya benda ke dalam sumur,tentu akan mempengaruhi kualitas air tersebut,” kata Yonantan. Penelitian air sumur tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun. Hasil penelitian tersebut akan menjadi salah satu acuan dalam mengambil kebijakan terhadap kesehatan masyarakat. “Dari hasil penelitian itu,kami merekomendasikan kaporitisasi terhadap sumur warga,” ucapnya.

Upaya perbaikan kualitas air sumur, selain dengan melakukan pembinaan, pihaknya meminta warga segera memperbaiki fisik sumur mereka. Termasuk harus menjaga sanitasi lingkungan. Dari hasil penelitian, kebanyakan terjadinya pencemaran, banyak resapan air dari luar di fisik sumur tersebut. ”Untuk hal ini, kami juga akan memberikan stimulan untuk perbaikan sarana,air sumur warga yang tercemar coliform,”ungkapnya. Terpisah , Ketua komisi D DPRD Sleman Arif Kurniawan sangat prihatin dengan hal tersebut.

Pihaknya mengharapkan pemkab segera melakukan tindakan cepat, sebelum nanti ada endemik penyakit yang disebabkan bakteri coliform ini.“Jika tidak segera diatasi,kondisi ini sangat membahayakan, terutama ancaman kesehatan bagi generasi mendatang,” katanya. priyo setyawan

Translate Using Google Translate May Need Grammar Correction

59% in Sleman Contaminated Wells

SLEMAN A total of 59.55%-owned by citizens of wells contaminated with coliform bacteria Sleman regency. Based on the examination of health office in Sleman, from 912 wells owned by residents, only 378 wells, or 41.45% of eligible bakteorologi.

"From the research, water wells are contaminated with coliform bacteria exceeds the threshold, ie above 50 / 100 mls," said Head of Environmental Health Office of Sleman Yonantan yesterday. From the results of these studies, the most water wells are contaminated with coliform in three districts, namely District Moyudan, Cangkringan, and Turi.

Lowest wells are contaminated with coliform bacteria in District Mlati and Depok. In addition to examining the terms bakteorologi, the institute conducted the study in terms of chemical water to 829 water wells civilism. Dari this number, 748 or 90.23% qualified chemical and 81 or 9.77% who are not eligible. Indeed, the terms of this chemical does not cause health problems, but will only cause korusi (rust) on the tools that are exposed to water.

That's because the water contains iron (Fe), magnesium (mg) and lead (Pb). "Samples we took it from all existing health centers in Sleman, between January and May," paparYonantan. The cause is still much moister Sleman contaminated wells citizens of this coliform bacteria, among them in terms of wells that are less physically good, a source close to the disposal of both solid and liquid waste. In addition most of the wells in Sleman also not protected or in an open state.

"Therefore, goods from outside will easily fit into the well. With the entry of objects into the well, will certainly affect the quality of the water, "said Yonantan. The study of well water is a routine activity undertaken each year. The research results will become a factor in making policy on public health. "From the research, we recommend against the well kaporitisasi citizens," he said.

Efforts to improve the quality of well water, other than with doing coaching, it appealed immediately to improve their physical well. Including the need to maintain environmental sanitation. From the research, most of the pollution, lots of water infiltration from the outside in the well physically. "For this, we will also provide a stimulant for the improvement of facilities, water wells contaminated with coliform citizens," he said. Separately, the commission chairman Arif Kurniawan D DPRD Sleman very concerned with it.

He said he expects the district government immediately take action quickly, before later there are endemic diseases caused by these coliform bacteria. "If not addressed, this condition is very dangerous, especially health threat to future generations," he said

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj