Skip to main content

Harga Cabai Melangit, Pedagang Abon Cabai Menjerit

SLEMAN (KRjogja.com) - Akibat harga cabai meroket dan pasokan semakin menipis, salah satu konsumen yang menggunakan bahan utamanya cabai untuk membuat abon cabai terpaksa menghentikan produksinya hingga harga cabai mulai normal kembali.

Pemilik usaha abon cabai, Desak Nyoman Astuti mengungkapkan daripada menjual abon cabai dengan harga yang tinggi atau membuat abon cabai dengan cabai yang kualitasnya buruk lebih baik produksi abon cabai dihentikan sementara.
"Jika harga abon cabai dinaikan menjadi mahal,para pembeli otomatis enggan membeli dan jika memakai cabai kualitas jelek maka akan mempengaruhi mutu abon cabai yang saya jual," ujarnya di toko abonnya bernama 'Abon Kenanga' di Jalan Kenanga Adisutjipto Yogyakarta, Sabtu (8/1)

Selama ini dirinya membeli pasokan cabai untuk produksi di Pasar Giwangan.Namun cabai yang menjadi bahan utama abon adalah cabai rawit merah yang harganya di Pasar Giwangan sudah mencapai Rp.95.000 per kilogram.
Semula harga abon cabai sudah naik dari Rp.32.000 per kilogram menjadi Rp.34.000 per kilogram.

"Saya kemudian beralih membeli ke petaninya langsung yang berada di Pakem Sleman,tetapi produksi cabai disana selain masih terkena dampak abu vulkanik juga terkena hama sehingga banyak petani yang enggan menanam cabai kembali. Alhasil saya memutuskan untuk sementara waktu berhenti memproduksi abon cabai dan mengganti produksi dengan abon tuna," tuturnya.

Desak menjelaskan selama ini dia memang mengandalkan pasokan cabai dari Pasar Giwangan karena cabai rawit di DIY masih berada di tangan tengkulak. Hal ini karena DIY tidak mempunyai lahan cabai rawit merah tetapi petani cabai DIY lebih banyak menanam cabai besar merah keriting atau cabai besar biasa. Berhubung dia tidak bisa mengantikan cabai rawit merah untuk produksinya dengan cabai lain atau cabai busuk maka usaha abon cabainya vakum hingga harga cabai rawit normal kembali.

"Cabai busuk saja dipasar sudah dihargai Rp.20.000 per kilogram,namun saya tidak bisa menggunakan itu karena abon cabai saya membutuhkan cabai rawit yang prima agar proses pengeringannya sempurna dan hasilnya maksimal," ujarnya.

Diharapkannya harga cabai,khususnya cabai rawit merah segera turun dan hasil panen berlimpah mengingat meskipun cabai bukan merupakan salah satu kebutuhan pokok namun pada umunnya masyarakat gemar memakan cabai. Cabai sangatlah penting terutama bagi pedagang yang memang masakannya atau produknya menggunakan cabai sebagai bahan utama maupun pelengkap masakan. (Fir)

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj