Skip to main content

Penyakit Belekan di Yogyakarta Mulai Meningkat

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Di musim kemarau penyakit mata merah (belekan) mulai meningkat, karena mulai banyak debu beterbangan. Ini juga terjadi di Yogyakarta. Sebelumnya pasien belekan di RS Mata Dr Yap di bawah 5 persen dari seluruh pasien yang berobat, sekarang sekitar 10 persen.

Hal itu dikemukakan Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan RS Mata Dr Yap dr Enni Cahyani Permatasari, SpM pada Republika, Senin (12/7). Untuk itu, masyarakat perlu waspada dan menjaga kondisi tubuh dengan asupan makanan yang bergizi, termasuk vitamin C yang tinggi.
Menurut Enni, perjalanan penyakit belekan ini sekitar 3-12 hari. Apabila kondisi tubuh sedang lemah ditambah dengan banyak kegiatan di luar, kurang istirahat, sembuhnya penyakit belekan bisa sampai 12 hari. Karena itu apabila seseorang mengalami belekan harus segera ke puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat dan jangan menggunakan obat sembarangan. ''Karena kalau sudah infeksi, mata merah tidak bisa sembuh dengan obat yang dijual di pasaran,'' ujarnya.

Namun kalau hanya mata terasa pedih dan tidak mengalami infeksi, kata Enni, diobati dengan obat tetes mata yang dijual bebas seperti Insto, Visine, Rohto, dan lain-lain kemungkinan besar dalam waktu dua hari sembuh. ''Jika dengan obat-obatan tersebut dalam dua hari tidak sembuh, maka harus berobat ke Puskesmas atau rumah sakit,'' jelasnya.

Penyakit belekan ini tidak pandang bulu, bisa menyerang bayi hingga lanjut usia. Bahkan dari bayi bisa menular ke orangtua. Karena itu untuk pencegahannya, di samping menjaga asupan makanan, sering cuci tangan pakai sabun. Selain itu pada saat membersihkan kotoran mata, gunakan kapas dengan air yang hangat. ''Apabila sedang sakit mata sebaiknya istirahat secukupnya dan berada di rumah saja, agar tidak mudah menular ke orang lain,'' tegas Enni.

Red: Endro Yuwanto
Rep: Neni Ridarineni

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj