Skip to main content

Dijaga Polisi, 18 Imigran Kabur

BANTUL – Kepolisian DIY kembali kebobolan saat mengamankan para imigran gelap asal Timur Tengah.Pagi kemarin, 18 dari 35 imigran yang baru sehari dipindahkan ke Pondok Pemuda,Bantul kabur.

Lima imigran berhasil ditangkap kembali di Yogyakarta, sementara 13 lainnya masih buron. Kaburnya belasan tahanan ini menjadi tamparan bagi kepolisian. Pada 20 Oktober 2011 lalu, 17 imigran asal Afghanistan juga kabur saat dititipkan di Hotel Kalasan Inn, Grogol, Juwanen, Purwomartani, Kalasan, Sleman. Mereka meloloskan diri dari kamar di lantai dua dengan cara menggunakan selimut yang diuntai menjadi tali hingga ke bawah beberapa jam setelah diserahkan dari Polres Bantul ke Kantor Imigrasi kelas IA Yogyakarta.

Sementara 18 tahanan yang kabur kemarin sebelumnya menempati Rutan Pajangan, Kasihan. Lokasi baru yakni Pondok Pemuda berlokasi di Balai Pemuda dan Olahraga, Dusun Ambar Binangun,Tirtonirmolo, Kasihan. Para imigran yang kabur diketahui berasal dari Afghanistan. Diperkirakan mereka kabur sekitar pukul 05.30 WIB atau setelah mereka diberi jatah makan pagi. Dari 18 imigran yang kabur 5 di antaranya berhasil ditemukan di dua lokasi yang berbeda.

Dua orang berhasil ditangkap polisi di Stasiun Tugu,Yogyakarta, sedang tiga lainnya di Jalan Brigjen Katamso, Gondomanan, Yogyakarta. Saat ditemukan, mereka hanya mengenakan pakaian dan alas kaki. Mereka tidak membawa bekal sama sekali. Imigran yang berhasil diamankan, langsung dikembalikan ke tempat penampungan Pondok Pemuda.

Sedang 13 orang imigran lainnya yang berhasil lolos hingga kemarin keberadaannya belum diketahui, namun teridentifikasi 4 orang telah berhasil menumpang bus dengan tujuan Purwokerto dari daerah Ambarketawang, Gamping, Sleman. Dari 13 orang imigran yang kabur,diketahui satu orang di antaranya bernama Jawad Ali, 17, yang merupakan satu-satunya imigran yang bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.

Kepolisian bersama petugas dari Kantor Imigrasi kelas IA Yogyakarta hingga kemarin sore masih terus melakukan penelusuran para imigran itu. Namun demikian, dengan keikutsertaan Jawad Ali dalam kaburnya imigran itu, semakin mempersulit dalam melakukan penelusuran. Selain lancar dalam berbahasa Indonesia, dia juga diketahui sebelumnya sudah mengetahui sebagian kecil wilayah Indonesia karena satu tahun pernah belajar di Jakarta.

Dari penelusuran SINDO di lokasi penampungan, diketahui imigran asal Timur Tengah yang sebelumnya diamankan dari Pantai Samas, Sanden, Bantul pada Jumat (17/2) itu ditempatkan di dua wisma masing- masing Wisma Budaya dan Wisma Bahasa di gedung bagian selatan kompleks Pondok Pemuda. Di belakang Wisma Budaya terdapat bangunan musala. Di belakang musala terdapat kebun milik warga.

Sedang, seluruh kompleks dikelilingi pagar besi dan sebagian pagar tembok dengan ketinggian 1 sampai 1,5 meter. Polisi dari Polres Bantul yang berjaga sebagian menempati bangunan kantor sekretariatan di bagian depan yang bersampingan dengan gedung utama atau Ndalem Ageng. Sebagian polisi berjaga di musala Berbeda dengan penampungan di Rutan Pajangan yang berupa sel,penampungan Pondok Pemuda lebih berupa wisma.

Imigran gelap ini secara bebas dapat keluar masuk wisma untuk ke musala atau berkeliling kompleks penampungan dalam pengawasan petugas. Diduga, para imigran kabur dengan cara melompat pagar saat penjaga tengah melakukan pergantian tugas jaga. Wakapolres Bantul Kompol Aap Sinwan Yasin menjelaskan, sejak dipindahkan dari Rutan Pajangan pada Jumat (24/2) sebanyak 20 personel dari Polres ditugaskan untuk melakukan penjagaan.

Namun dia justru belum mengetahui soal kaburnya lebih dari separuh imigran itu.“Ada yang kabur to, saya malah nggak tahu,” katanya. Pengelola Pondok pemuda Balai Pemuda dan Olahraga, Atmasir mengatakan, penempatan di Pondok Pemuda diakui sangat mendadak.Awalnya dia hanya mendapatkan telepon dari Youth Center Mlati, Sleman dan ditugaskan untuk menyiapkan ruangan.

“Biasanya pesan tempat itu seminngu sebelumnya dan memakai surat, tapi kemarin itu mendadak dan katanya hanya sampai Senin, saya sendiri malah belum tahu kalau ada yang kabur,” terangnya. Staf Bidang Pengawasan dan Penindakan Imigrasi (Wasdakim) Kantor Imigrasi Kelas IA Yogyakarta,Yanuar Teguh Pratomo saat ditemui terpisah membenarkan adanya imigran yang kabur itu.

Dia menduga Jawad yang mahir dalam berkomunikasi melalui bahasa Indonesia sebagai koordinator kaburnya imigran itu. “Sekarang tinggal 22 orang yang ada di sini, mereka nantinya tetap akan kita kirim ke Denpasar dan rencananya Senin diberangkatkan,” paparnya. Data Kantor Imigrasi Kelas 1A Yogyakarta menyebutkan, 35 imigran asal Timur Tengah yang diamankan di Pantai Samas, Sanden, Bantul terdiri dari 9 orang warga Iran, yakni Teimaur Shauari, 34, Ali Reza, 8,Amir Reza ,2,Shibok Naki Zone,27, Nima Fadaei,28, Farzad Fadei,25,Parsa Alamda,17, Maisam ABD, 20, dan Basil Ali,20.

Sedang lima dari warga Irak yakni Ali Ismail,21,Ali Gumah, 22, Basem Muhsen,36, Hayder Jamal,23,Fahad Hamsa, 27. Terakhir 21 orang berasal dari warga Afghanistan. Mereka adalah Yausaf,63,Habibullah, 17, Muhammad Zia,17, Ahmed Shah,42,Jawad Ali,17, Hadi,35, Muhamad Ziz,17, Muhammad Husaain,17, M. Raza,17, M Ibrahim,40, dan Najibullah,31. Kemudian, Razan Ali,44, Musa Khan,28, Ciullam Raza,45, Raza,22, Ashraf Hussain,24, Ali,17, Abdul,54, Ahmad,17, Niamat Ali,16, dan Akhidod Haidari, 30. muji barnugroho

Sumber : Seputar Indonesia

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj