Skip to main content

Yogya Segera Miliki Monorel

YOGYAKARTA – Yogyakarta berencana membuat terobosan di bidang transportasi di wilayahnya. Salah satunya dengan membangun monorel yang menghubungkan pusat kota dengan Taman Wisata Candi Borobudur di Magelang.

Penasehat Pembangunan Ekonomi Provinsi DIY Erman Suparno mengatakan, monorel merupakan solusi untuk mengantisipasi masalah infrastrukur transportasi di Yogyakarta.“ Monorel ini simpul-simpulnya akan dibangun untuk akses ke kawasan pariwisata termasuk Yogyakarta- Borobudur,” kata Erman Suparno usai bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, di kompleks Kepatihan, kemarin.

Pembangunan monorel ini akan dilakukan sepanjang 40 kilometer dengan rute utama Yogyakarta- Candi Borobudur. Di Yogyakarta,dibuat beberapa simpul di sejumlah kampus dan kawasan pariwisata. Nantinya monorel ini akan dibangun di bantaran Sungai Code dan Winongo.Kolom jembatan ini akan dibangun di aliran kali agar ada korelasi dengan penataan kawasan sungai. Dengan konsep ini transportasi akan lebih mudah dijangkau dan murah. “Monorel ini berkaitan dengan penataan kawasan Sungai Code dan Winongo,” ujarnya.

Menurut Erman, dana yang dibutuhkan untuk merealisasikan monorel sepanjang itu sebesar Rp1,8 triliun, termasuk untuk penataan kawasan. Namun sebelumnya, perlu ada perencanaan yang matang dan penentuan jalur. Saat ini, sudah ada investor dari Panghegar Group yang bersedia menanamkan investasi untuk membangun monorel tersebut. Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan, ide pembangunan monorel itu diharapkan dapat untuk menyediakan trasnportasi yang murah.

Monorel ini akan diutamakan dulu untuk pengembangan infrastruktur antara Yogyakarta-Borobudur.Sedangkan perkembangan internal (wilayah Yogyakarta) tergantung hasil studi kelayakan. Monorel ini sangat cocok untuk mendukung pariwisata yang ada di Yogyakarta. Sebab di kawasan utara memiliki view Merapi yang cukup indah. Ini akan banyak disukai,dari pada model terowongan bawah tanah. “Kalau transportasi bawah tanah yang dilihat hanya hitam,kecuali kalau di dinding ada gambarnya. Sedangkan di utara view Merapi cukup indah,” tandas Sultan.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Tavip Agus Rayanto mengakui untuk transportasi jangka panjang Pemprov sudah merencanakan penataan sistem transportasi Yogyakarta dengan monorel.Ongkos sosial pembangunan juga sangat murah karena menggunakan bantaran sungai.“Tetap akan ada feasibility studydulu,”ujarnya. Terpisah,Kepala Pusat Studi Trasportasi dan Lingkungan (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) Heru Sutomo mengatakan, kawasan di Yogyakarta dan akses menuju ke Magelang saat ini memang cukup padat.

Keberadaan monorel akan sangat cocok untuk mengatasi permasalahan yang ada. Apalagi kondisi jalan, dengan banyaknya proyek dan ancaman Merapi kerap mengganggu roda transportasi. Permasalahan yang ada adalah lebih kepada permasalahan anggaran. Di sinilah peran dari pihak ketiga atau investor sangat diperlukan. Sebab kalau sampai ada sharing atau subsidi dengan daerah akan memberatkan daerah. “Monorel ini akan mendukung pembangunan ekonomi,” jelasnya.

Pembangunan monorel, kata dia, memang lebih menghemat biaya. Sebab ruas jalan yang akan dibangun berada di atas dan tidak akan banyak mengeluarkan biaya sosial. Hal ini sangat cocok dilakukan di Kota Yogyakarta yang suasana transportasinya sudah cukup padat. Selama ini, monorel lebih banyak digunakan untuk jarak pendek. Seperti di Kuala Lumpur dan Sidney,monorel hanya melayani jalur tengah kota. Namun di Tokyo, monorel juga cukup panjang dengan jarak tempuh mencapai 20 kilometer. Sedangkan konsep yang akan dibangun ini mencapai 40 kilometer.

“Monorel selama ini untuk kawasan kota,tidak tahu kalau jarak sejauh ini apa akan efektif atau tidak,”ujarnya. Menurutnya, monorel akan lebih efektif dibangun di pusat kota untuk mendukung program menyejahterakan masyarakat. kuntadi

Sumber : Seputar Indonesia

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj