Skip to main content

Jembatan Gantung Putus, 60 Orang Tercebur

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 60 orang terjebur di Sungai Progo dan dua sepeda motor hilang saat jembatan gantung yang menghubungkan Kampung Ngembek, Kelurahan Kramat Selatan, Magelang Utara, Kota Magelang dengan Desa Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, putus, Selasa (1/11/2011) kemarin.

Salah satu korban selamat, Dahri (58), warga Dusun Kedon, Desa Rejosari, Kecamatan Bandongan, menuturkan, kejadian bermula sekitar pukul 16.00 WIB, ratusan warga seperti biasa melintas jembatan sepanjang sekitar 100 meter dengan lebar 1,5 meter yang terbuat dari bambu. Tinggi jembatan dari dasar sungai sekitar 20 meter.

"Saat sedang melintas, tiba-tiba tali selang sebelah kiri yang dari arah Ngembek putus. Orang-orang pada jatuh ke sungai. Suasana riuh dan banyak yang bertakbir," ujarnya.

Ketika warga terjebur, ujar Dahri, lima menit kemudian sungai tersebut terjadi banjir akibat hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah lereng Gunung Merbabu. Beruntunglah, warga yang terjebur bisa menyelamatkan diri dengan cara berenang ke tepi, dan dibantu oleh warga yang selamat. "Namun dua kendaraan yang terjatuh entah milik siapa, hilang terbawa arus,” katanya.

Dahri menyebutkan, saat kejadian, terdapat delapan kendaraan yang tergantung di jembatan, sedangkan dua lainnya jatuh dan hanyut. Menurutnya, jembatan itu dibangun tahun 1983. Sejak dibangun sudah dua kali putus, dan ini yang ketiga. “Jembatan ini ketika pagi dan sore saat jam berangkat dan pulang kerja memang banyak yang melintas,” ungkapnya.

Akibat kejadian tersebut, dua korban terpaksa dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSJ Prof dr Soeroyo, Kota Magelang. Dua korban itu adalah Muhwari (46) warga Dusun Kedon, Desa Rejosari, Kecamatan Bandongan, yang mengalami luka lebam di bagian perut sebelah kiri dan pundak kiri; dan Susyadi (31) warga Dusun Guntur, Desa Rejosari, Kecamatan Bandongan, yang mengalami luka lebam di bagian dada kiri.

Keduanya langsung dibawa pulang oleh pihak keluarga karena menurut dokter rumah sakit tersebut, kurban tidak mengalami luka serius, dan hanya dianjurkan rawat jalan. Akibat putusnya jembatan tersebut, kini warga terpaksa mencari jalur lain hingga jembatan ini diperbaiki kembali melalui Kampung Dumpoh, Kelurahan Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang.

Komandan SAR Magelang Heri Prawoto mengatakan, saat korban terjebur mereka langsung ditolong oleh warga sekitar dengan cepat sehingga tidak sampai hanyut terlalu jauh. "Tim SAR tiba di lokasi para korban sudah dievakuasi oleh warga, dan kami membantu mengevakuasi kendaraan yang terjebak di tengah jembatan dan menggantung di kawat sling," katanya.

Translate Using Google Translate May Need Grammar Correction

Hanging Bridge End, 60 People Drowned

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - About 60 people drowned in the River Progo and two motorcycles lost when a suspension bridge that connects the village Ngembek, Kramat Village South, North Magelang, Magelang city with Rejosari Village, District bandongan, Magelang regency, Central Java, break up, Tuesday (1/11/2011) yesterday.

One of the survivors, Dahri (58), Kedon Hamlet, Village Rejosari, District bandongan, said, the incident began around 16:00 pm, hundreds of people as usual across the bridge about 100 meters long with a width of 1.5 meters made of bamboo. High bridge from the river about 20 meters.

"When being passed, the rope suddenly left the hose from the Ngembek broken. The people fell into the river. Boisterous atmosphere and many bertakbir," he said.

When the residents terjebur, Dahri said, five minutes later the river flooding due to heavy rain which flushed most of the slopes of Mount Merbabu. Fortunately, the people who terjebur could save themselves by swimming to the edge, and assisted by the quake survivors. "But the two vehicles that fall either belongs to who, drifted away," he said.

Dahri said, when the incident, there were eight vehicles depending on the bridge, while the other two fell and washed away. According to him, the bridge was built in 1983. Since it was built had twice broken, and this is the third. "This bridge when the time clock in the morning and afternoon to and from work is a lot of passing," he said.

As a result of the incident, two victims had rushed into the ER (emergency room), Prof. Dr. RSJ Soeroyo, Magelang. Two victims were Muhwari (46) Kedon Hamlet, Village Rejosari, District bandongan, who suffered wounds in the abdomen bruised left side and left shoulder; and Susyadi (31) Thunder Hamlet, Village Rejosari, District bandongan, who suffered wounds bruises on the left chest.

They immediately brought home by the family because, according to hospital doctors, the victim suffered no serious injuries, and recommended only outpatient care. As a result of breaking the bridge, now the residents are forced to find another route until the bridge is repaired back through Dumpoh Village, Village Potrobangsan, Northern District of Magelang, Magelang.

SAR Commander Magelang Prawoto Heri said, when the victim terjebur they directly helped by local people quickly so as not to drift too far. "Search and Rescue team arrived at the location of the victims have been evacuated by the citizens, and we helped evacuate the vehicle is stuck in the middle of the bridge and hung on a wire sling," he said.

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj