Skip to main content

Dinas Pertanian DIY Kewalahan Tangani Ulat Bulu Jumbo

GUNUNGKIDUL - Ulat bulu yang menyerang lima hektar lahan perkebunan jambu monyet di Gunungkidul, Yogyakarta sebagian besar berubah menjadi kepompong. Dikhawatirkan populasi ulat bulu akan menyebar semakin luas ke lahan perkebunan yang lain.

Dinas perkebunan dan Pertanian kesulitan menangani perkembangan ulat bulu, dan menunggu hasil penelitian dari UGM untuk menangani kasus langka ini. Ribuan ulat bulu yg menyerang 3 hektar perkebunan jambu di desa Semuluh, kecamatan Semanu sejak dua pekan terakhir kini telah berubah menjadi kepompong.

Ribuan kepompong ini sebagian besar menempel pada batang pohon dan sebagian lagi menempel di daun bahkan banyak yang tersebar di lahan pertanian dibawah pohon jambu.
"sebagian besar tanaman rusak, karena daunnya habis dimakan ulat," kata Kaniyem petani setempat, Senin (30/5/2011).

Kini kondisi perkebunan jambu yang diserang ulat bulu telah habis daunnya dan petani memastikan jambu mete tidak bisa dipanen tahun ini, padahal sebenarnya saat ini adalah musim buah jambu sedang berbunga sebelum berbuah. "Seharusnya minggu ini sudah berbuah, namun sampai sekarang serangan ulat belum berhenti," keluhnya.

Kaniyem dan petani lainnya khawatir apabila tidak segera ditangani, kepompong tersebut akan menjadi kupu-kupu dan akhirnya bertelur dan menjadi ulat kembali yang dipastikan akan lebih banyak jumlahnya. Bahkan upaya petani untuk membakar ulat tidak efektif karena jumlahnya yang terlalu banyak .

"Sudah berbagai cara kami upayakan, namun sampai sekarang belum berkurang," sambung Kaniyem.

Sementara dihubungi terpisah, Kepala dinas kehutanan dan perkebunan Gunungkidul, Anik Indarwati, mengatakan, pihaknya telah melakukan pengendalian dengan dua cara yakni mekanis dan kimiawi. Upaya mekanis dilakukan dengan cara merontokkan ulat bulu kemudian membakarnya, dan memperbaiki sanitasi lingkungan. Sementara kimiawi dengan cara perontokan.

"Pengendalian ini bertujuan untuk melokalisir penyebaran ulat bulu agar tidak menyebar ke sentra produksi mete yang lain," imbuhnya.

Saat ini sudah empat sentra produksi mete yang terserang ulat bulu jumbo, yang berada di dua kecamatan yakni Semanu dan Ngawen, dengan luas lahan 5 hektar. "Ngawen hanya beberapa pohon yang terkena, karena dekat dengan pemukiman maka sebagian ulat bulu masuk ke rumah warga," ujarnya.

Lebih lanjut, Anik menjelaskan, saat ini sudah meminta bantuan kepada Universitas Gajah Mada, untuk mengirim bantuan karena sudah kesulitan dalam menghadapi serangan ulat bulu.
"Kita akan menunggu hasil penelitian dari UGM, baru kita akan tentukan langkah dalam penanganan ulat bulu," pungkasnya,
(Yuwono/Koran SI/fer)

Translate Using Google Translate May Need Grammar Correction

Agriculture Department Overwhelmed DIY Worm Feather Jumbo Handle


GUNUNGKIDUL - caterpillar hairs that attacked five hectares of cashew plantation in Gunungkidul, Yogyakarta largely turned into a chrysalis. It is feared that the population of caterpillars will spread more widely to other estates.

Department of Agriculture farm and difficulty dealing with the development of caterpillars, and awaiting the results of research from UGM to handle this rare case. Thousands of caterpillars who attack 3 hectares of cashew plantation in the village Semuluh, sub Semanu since the last two weeks has now turned into a cocoon.

Thousands of cocoons are mostly attached to the tree trunk and some stuck to the leaves and many were scattered on farms under the guava tree.
"Most of the crop damaged, because the leaves are eaten caterpillars," said local farmer Kaniyem on Monday (5/30/2011).

Now the condition of cashew plantations which have been attacked by caterpillars leaves and cashew farmers ensures not be harvested this year, when in fact today is the flowering guava fruit season before fruiting. "This week should have been fruitful, but until now not been stop worm attacks," he complained.

Kaniyem and other farmers worry if not immediately addressed, the chrysalis will become a butterfly and eventually lay eggs and become caterpillars again confirmed would be more numerous. Even the efforts of farmers to burn the caterpillars are not effective because there were too many.

"It is in many ways we are trying to do, but until now has not been reduced," continued Kaniyem.

While contacted separately, head of the forestry and plantation office Gunungkidul, Anik Indarwati, said it has some controls in two ways namely mechanical and chemical. Mechanical efforts made by eroding the caterpillars then burn it, and improving environmental sanitation. While chemically with threshing methods.

"Control is aimed to localize the spread of caterpillars in order not to spread to other centers of cashew production," he added.

We have had four affected cashew production centers jumbo caterpillars, which are in two districts namely Semanu and Ngawen, with an area of ​​5 hectares of land. "Ngawen only a few trees are affected, because it close to the settlement then some caterpillars into the house residents," he said.

Furthermore, Anik explains, are now requesting assistance to the University of Gajah Mada, to deliver aid because it has difficulty in facing the attacks caterpillars.
"We'll wait for the results of research from UGM, and then we will specify the steps in the handling of caterpillars," he concluded,

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj