Skip to main content

Warga Minta Shelter Diselesaikan

SLEMAN (SINDO) – Warga Dusun Baselan, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman yang menjadi korban bencana Merapi, mendesak shelter atau hunian sementara (huntara) segera diselesaikan.

Sesuai target,pembangunan huntara itu selesai akhir Februari ini. Sejak erupsi dan banjir lahar dingin menerjang wilayah ini 5 November 2010 lalu,selain masih berada di pengungsian,sebagian besar warga juga kehilangan mata pencaharian pokok. Sehingga selama di pengungsian tidak ada aktivitas seperti sebelum ada bencana.

“Saat ini, pikiran kami masih tempat tinggal,setelah itu baru kegiatan lainnya. Kalau shelter sudah jadi,kami baru tenang dan bisa berfikir, khususnya upaya atau tindakan untuk masa depan setelah ini,” ungkap salah seorang warga Baselan, Sriyono,45, kemarin. Menurut dia,saat terjadi erupsi dan lahar dingin Merapi,ada puluhan warga yang menjadi korban. Enam orang di antaranya meninggal dunia.

Bahkan saat ini, masih ada satu warga yang menjalani perawatan di Yakkum Jalan Kaliurang km13, Besi, Ngaglik, Sleman. Selain itu,puluhan rumah juga rusak baik ringan maupun sedang.Total ada 46 kepala keluarga (KK) yang membutuhkan bangunan shelter. “Semua korban dan rumah itu berada di RT 01 dan 02 yang letaknya berada di sebelah timur bantaran sungai Gendol,”kata Sriyono yang menjabat Kaur Pembangunan Desa Glagaharjo. Hal senada diungkapkan warga RT02 Baselan, Mulyo Rejo, 63. Setelah erupsi Merapi, kata dia,warga Baselan menyebar ke beberapa barak pengungsian.

Setelah ada penurunan status Merapi dari awas menjadi waspada, masih ada beberapa warga yang belum kembali karena rumahnya hancur diterjang awan panas. “Warga ini ada yang berada di tempat keluarganya dan ada juga ditempat penampungan sementara di dusun setempat,yaitu rumah warga yang tidak mengalami kerusakan,”katanya. (priyo setyawan)


Citizens Request for Shelter Completed

SLEMAN (SINDO) - Residents Baselan Village, Village Glagaharjo, Cangkringan, Sleman that Merapi disaster victims, urged the shelter or temporary occupancy (huntara) be resolved.

Appropriate targets, the construction was finished in late February huntara this. Since the cold lava eruptions and floods hit the region last 5 November 2010, in addition to remain in refugee camps, most residents also lost their main livelihood. So during the evacuation no such activity before any disaster. "Currently, our mind still dwelling, only then others. If shelter activities have become, we just calm and able to think, especially the efforts or actions for the future after this," said one resident Baselan, Sriyono, 45, yesterday . According to him, during the eruption and cold lava of Merapi, there are dozens of citizens who become victims. Six of them died.

Even today, there is one resident who underwent treatment at Yakkum Jalan Kaliurang km 13, Iron, choosed, Sleman. Another, dozens of houses were destroyed either mild or midle. Total there are 46 heads of households (families) in need of shelter building. "All of the victims and the house is located on RT 01 and 02 are located in the eastern flood plains Gendol," said Kaur, who served Sriyono Glagaharjo Rural Development. Similar disclosed residents Baselan RT02, Mulyo Rejo, 63. After the eruption of Merapi, he said, residents Baselan spread to a few barracks.

Once there is a decrease of the alert status of Merapi to be vigilant, there are still some people who have not returned because the house is destroyed by heat clouds. "People have families who are in place and there are also places temporary shelter at the local hamlet, which is home residents who did not experience damage," he said. (Priyo Setyawan)

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj