Skip to main content

Serangan DBD di Sleman Meluas

SLEMAN (KRjogja.com) - Serangan penyakit demam berdarah dengue di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 2010 bergeser dari sebelumnya di wilayah barat, yakni Kecamatan Gamping, ke wilayah timur di Kecamatan Kalasan.

"Serangan demam berdarah dengue (DBD) pada 2010 menunjukkan pergerseran dari ujung barat ke ujung timur Sleman, sebelumnya kasus tertinggi DBD di daerah ini terjadi di Kecamatan Gamping, namun pada 2010 kasus terbanyak di Kecamatan Kalasan," kata Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dr Cahya Purnama, Sabtu (19/2).

Menurut dia, di wilayah Kabupaten Sleman pada 2009 terjadi 551 kasus DBD dengan lima orang meninggal dunia, sedangkan pada 2010 naik sembilan persen menjadi 603 kasus.

"Kalau dicermati iklim saat ini, hampir di semua wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terjadi kenaikan kasus DBD, ada yang sampai di atas 1.000 kasus, bahkan di beberapa kabupaten/kota juga mengalami kejadian luar biasa (KLB)," katanya.

Ia mengatakan, di Kabupaten Sleman kasus DBD dapat ditekan, yang meninggal juga turun, tercatat tiga orang yang dipastikan terserang penyakit tersebut.

"Bila ada yang meninggal pasti diaudit, apakah meninggalnya pasien tersebut akibat DBD atau penyakit lain," katanya.

Cahya mengatakan, untuk peringkat kasus DBD sepertinya terjadi geser menggeser, pada 2009 yang melonjak di bagian barat, yakni Kecamatan Gamping, kemudian 2010 bergeser ke daerah Timur di Kecamatan Kalasan, kemudian baru Kecamatan Depok.

Ia mengatakan, untuk mengantisipasi lonjakan kasus DBD, Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai upaya antara lain senantiasa mengingatkan warga untuk menggiatkan kembali gerakan Jumat bersih, utamanya untuk meningkatkan kebersihan lingkungan pada musim hujan.

"Selain itu juga difokuskan ke gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD dengan 3M plus, serta pelaksanaan gerakan PSN yang harus dilakukan secara rutin oleh warga pada hari Jumat atau hari lainnya," katanya. (Ant/Tom)

Translate Using Google Translate Robot May Not Good Grammar

DHF in Sleman Attacks Spreads

SLEMAN (KRjogja.com) - Attacks dengue fever in the Sleman district, Yogyakarta, in 2010 shifted from earlier in the west, namely Sub Gamping, to the east in the District Kalasan.

"The attack of dengue hemorrhagic fever (DHF) in 2010 indicates the shifting from the west end to east end of Sleman, previously the highest cases of DHF in this region occurred in the District Gamping, but in 2010 the largest case in the District Kalasan," said the Head of Disease Control and Environmental Health Sleman District Health Office Dr. Cahya Purnama, Saturday (19 / 2).

According to him, in the area of Sleman Regency in 2009 occurred 551 cases of DHF with five people died, while in 2010 increased nine percent to 603 cases.

"If the observed current climate, almost in all regions of the Special Region of Yogyakarta (DIY) an increase in dengue cases, there are up to over 1,000 cases, even in some districts and cities are also experiencing extraordinary incident (KLB)," he said.

He said cases of DHF in Sleman district could be reduced, which also died down, there were three people who confirmed esophageal disease.

"When someone dies must be audited, whether the patient's death due to dengue or other diseases," he said.

Cahya said, to rank DHF cases seem to be happening shear sliding, which surged in 2009 in the western part, ie sub Gamping, then in 2010 shifted to the East in the District Kalasan, then a new Sub Depot.

He said, to anticipate the spike in dengue cases, Public Health Service has made various efforts, among others, constantly reminding residents to reactivate the movement in net Friday, mainly to improve environmental hygiene in the wet season.

"It also focused on the movement to eradicate the mosquitoes nest (PSN) DHF with 3M plus, and the implementation of PSN movement that must be done regularly by residents on Friday or another day," he said. (Ant / Tom)

Comments

Popular posts from this blog

Partisipasi Pemilu 2019 Kota Jogja 84,9 Persen & Kulon Progo 86, 49 Persen

Yogyakarta (ANTARA) - Kota Yogyakarta mencatat tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,9 persen khususnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. “Tingkat partisipasi tersebut melebihi target yang kami tetapkan yaitu 77,5 persen. Mungkin ini adalah tingkat partisipasi pemilu yang paling tinggi pernah diraih,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta Hidayat Widodo, di Yogyakarta, Kamis. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden, KPU Kota Yogyakarta mencatat total jumlah pemilih yang memiliki hak pilih mencapai 324.903 orang, namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 275.552 orang. Berdasarkan data, ada sebanyak 47.249 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya, sedangkan dalam daftar pemilih tetap tambahan terdapat 2.096 pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, serta enam pemilih dalam daftar pemilih khusus yang tidak menggunakan hak suaranya. Ia pun berhara

Tanah Pesisir DIY Terus Melambung

Perkembangan wisata dan megaproyek di pesisir selatan DIY, tepatnya di kawasan Gunungkidul dan Kulonprogo mendongkrak harga tanah. Tidak tanggung-tanggung,harga tanah yang awalnya berkisar Rp30.000 per meter,kini sudah lebih dari Rp200.000. Tidak heran, banyak warga berlomba-lomba melepaskan tanah kepada investor. Dalam satu tahun terakhir, lonjakan harga tanah tidak bisa dihindari lagi.Sugeng,salah satu warga Bruno, Ngestirejo, Tanjungsari mengatakan, dua tahun yang lalu harga tanah masih berkisar Rp35.000 setiap meternya. “Namun, saat ini harganya lebih dari Rp200.000 untuk tanah bersertifikat,”ungkapnya. Dia pun menunjukkan beberapa lahan yang siap dilepas pemiliknya. Selain itu, dalam satu tahun terakhir banyak warga luar yang mulai melirik untuk membeli tanah di sekitar pantai. “Belum lagi dengan rencana pengembangan Pantai Krakal. Sudah banyak orang yang pesan kalau ada tanah yang mau dijual,”ucapnya. Saat ini di sekitar Pantai Krakal sudah banyak berdiri bangunan layakn

Tercemar Limbah, Warga Bantul Semen Saluran Irigasi

Bantul - Sejumlah warga Dusun Karangnongko menutup saluran irigasi yang melintas di Jalan Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Hal itu karena air pada saluran tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. Pantauan detikcom, puluhan warga berkumpul di Jalan Karangnongko sembari membawa papan bertuliskan 'sungai disegel warga' dan 'hukum berat pencemar lingkungan'. Selanjutnya, puluhan warga meletakkan batako pada saluran irigasi tersebut. Tak hanya itu, warga mulai menempelkan adonan semen pada material bangunan itu hingga menutupi saluran irigasi tersebut. Setelah itu, warga meletakkan beberapa karung berisi pasir di depan dinding yang terbuat dari tumpukan material bangunan. Warga Dusun Karangnongko, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul, Waljito menjelaskan, penyegelan saluran irigasi ini sebagai bentuk protes warga terhadap pencemaran limbah yang telah berlangsung selama belasan tahun. Sampai saat ini permasalahan tidak kunj